Setelah pada bulan April lalu menyelenggarakan Blogshop edisi perdana, pada Kamis (14/5) Kompasiana menyelenggarakan Blogshop edisi kedua, dengan tema  "A to Z Kompasiana, Menentukan Judul dan Lead Artikel yang Kece buat Artikel Kamu".Â
Berhubung situasi masih belum memungkinkan untuk mengadakan pertemuan tatap muka, Blogshop kali ini kembali menggunakan media "live streaming".
Bedanya, jika pada Blogshop edisi perdana Widha Karina (Content Superintendent Kompasiana) lebih banyak menjadi "solois" sepanjang acara berlangsung, pada kesempatan kali ini, turut hadir Alia Deviani, (Lative Ads Assistant Manager) sebagai tandem duet pembicara.
Duet ini cukup padu, karena mampu memberikan dua perspektif secara seimbang. Widha Karina banyak membagikan pengalamannya, sebagai praktisi di platform blog, sementara Alia Deviani banyak berbagi pengalaman, dalam kapasitasnya sebagai praktisi di media mainstream.
Dalam acara diskusi selama kurang lebih satu setengah jam ini, saya mendapatkan lagi ilmu baru, khususnya dalam hal membuat judul dan mengatur "formasi" sebuah artikel, supaya artikel tersebut tetap nyaman dibaca, meski menyampaikan seabrek informasi atau paparan mendalam.
Hanya saja, pada Blogshop kali ini, saya  mengalami "de ja vu" seperti pada Blogshop edisi perdana. "De ja vu" itu berupa distraksi, akibat gangguan tak terduga.
Pada Blogshop sebelumnya, gangguan itu berupa kelelahan, yang sukses "memaksa" saya tertidur di depan layar laptop selama setengah jam, sementara pada Blogshop kali ini, gangguan itu datang dari salah satu baut laptop saya yang mendadak terlepas. Apa boleh buat, saya harus meminjam obeng milik penjaga kost, dan mengikuti Blogshop sambil sibuk memasang baut laptop dengan tangan gemetaran, akibat kelainan syaraf motorik bawaan yang saya punya sejak lahir.
Beruntung, baut laptop itu kembali terpasang di tempatnya, dan saya tetap bisa (kembali) mendapat ilmu berharga seputar tulis-menulis. Secara garis besar, Blogshop kali ini banyak menekankan, judul dan lead sebuah artikel harus proporsional, agar menarik minat pembaca.
Proporsional yang dimaksud di sini adalah, sesuai kaidah bahasa, tidak bertele-tele, tapi juga tidak terlalu simpel, dan mampu menarik minat pembaca. Inilah elemen kunci di balik artikel populer atau punya nilai jual tinggi.
Poin menarik lainnya datang dari tren daya tahan membaca artikel di gawai, yang semakin lama cenderung menurun. Hal ini wajar, karena sinar layar gawai memang cukup membuat mata lelah. Jadi, hanya ada waktu beberapa menit, untuk pembaca bisa menikmati atau melahap semua isi artikel sampai tuntas.
Berangkat dari situlah, pengaturan "formasi" dalam sebuah artikel menjadi satu hal penting. Di sini, para penulis dituntut untuk mampu meracik semua informasi, menjadi sebuah keterpaduan dalam tulisan, tanpa ada sedikitpun informasi yang terlewat. Padat berisi, tanpa kehilangan simplisitas.
Di sisi lain meski banyak menekankan pentingnya punya keberanian untuk "jadi diri sendiri" di tulisan kita, pada saat bersamaan, Blogshop kali ini juga menekankan, setiap penulis harus mau (dan mampu) memikirkan, apakah tulisan mereka mampu dipahami sepenuhnya oleh pembaca atau tidak.
Hal ini penting, karena selain mencerminkan kepribadian sang penulis, sebuah tulisan juga harus mampu menjadi sarana penyampaian pesan yang baik. Dari sinilah sebuah tulisan akan menjadi utuh, karena selain punya "tubuh" berupa rangkaian kata, ia juga punya "jiwa" lewat pesan yang disampaikannya.
Mungkin terdengar kontradiktif, tapi, Blogshop kali ini memberi saya satu kesimpulan sederhana. Mungkin, kesimpulan ini juga didapat Kompasianers, tentunya dalam perspektif masing-masing.
Menulis itu simpel, tapi membuat tulisan simpel adalah tantangan terbesar dalam menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H