Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Rumah Tak Lagi Sama

21 April 2020   22:53 Diperbarui: 21 April 2020   22:56 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berjalannya kebijakan "socisl distancing", WFH dan PSBB, rumah menjadi satu titik pusat kegiatan, khususnya selama masa pandemi Corona. Tentu saja ini bisa dimaklumi, karena keadaan mengharuskan demikian.

Jika melihat situasi biasanya, posisi dan peran rumah saat ini justru berbeda drastis. Maklum, biasanya rumah hanya dipandang sebagai tempat tinggal, tempat istirahat, atau mengenyahkan diri dari urusan di tempat kerja.

Bagi kebanyakan pelajar dan pekerja, rumah menjadi tempat istirahat sejenak di hari biasa, dan tempat "hibernasi"di hari libur, kecuali jika sedang bepergian. Selebihnya, rumah adalah "daerah kekuasaan' ibu atau istri masing-masing.

Jadi, rumah lebih banyak dipandang secara fungsional. Kecuali jika mereka memang tipe "orang rumahan". Mereka hanya akan pergi dari rumah, jika memang harus dan penting.

Bagi mereka yang berkarakter "orang rumahan", rumah memang jadi titik pusat rasa nyaman, dan sumber semangat. Sekali rasa nyaman didapat, sulit untuk lepas darinya. Jika pergi pun, rumah akan selalu dirindukan.

Sayangnya, sifat "orang rumahan" ini kadang dicap negatif, hanya karena si "orang rumahan" ini terlihat malas. Malas bepergian, malas bersosialisasi, sampai malas bergerak alias mager.

Tapi, di masa pagebluk ini, semua orang dipaksa untuk menjadi orang rumahan. Bagi mereka yang bukan orang rumahan, mungkin ini terasa berat, terutama di awal. Maklum, rumah bukan tempat mereka bisa betah diam berlama-lama.

Sementara itu, bagi orang rumahan, ini sama sekali bukan masalah. Mereka hanya tinggal melanjutkan apa yang biasa mereka lakukan dengan nyaman, setidaknya sampai batas waktu yang belum diketahui.

Menariknya, pandemi Corona mampu menyatukan dua perbedaan karakter ini, di satu tempat yang sama: rumah. Mungkin agak aneh di awal, tapi seiring berjalannya waktu, semua akan saling terbiasa.

Dari sini, akan muncul cara pandang baru soal "orang rumahan". Cara pandang ini ada, karena melihat dan menjalani langsung hidup sebagai seorang rumahan.

Selain itu, setelah pandemi Corona selesai, rumah akan mendapat tempat spesial di hati banyak orang. Karena, inilah tempat mereka melakukan segala kegiatan di masa pandemi Corona, termasuk bekerja.

Rumah juga menjadi tempat bagi banyak orang, untuk belajar dan mendapat pengalaman baru. Sesuatu yang jelas takkan bisa dilupakan begitu saja. Jadi, jangan kaget jika nanti banyak orang yang punya perspektif dan keterampilan baru, saat semua sudah kembali normal.

Satu hal yang pasti, rumah kelak akan menjadi ingatan kolektif banyak orang, jika memori soal masa pandemi Corona diputar ulang. Tak bisa disangkal, pandemi Corona sukses mengubah (dan meluruskan) cara pandang lama tentang rumah dan orang rumahan.

Benar, pada dasarnya, rumah memang bukan hanya milik ibu rumah tangga atau orang rumahan saja. Rumah adalah milik semua penghuninya, tempat dimana rasa nyaman selalu setia menemani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun