Bicara soal Barcelona, banyak orang akan langsung mengaitkannya dengan beberapa hal, antara lain: Lionel Messi, Pep Guardiola, tiki-taka, dan La Masia. Oke, beberapa hal ini memang menjadi faktor kunci kesuksesan Blaugrana dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam hal prestasi, tim rival bebuyutan Real Madrid memang cukup sukses. Bahkan, mereka sukses meraih "treble winner" tahun 2009 dan 2015. Prestasi yang belum pernah diraih Real Madrid, bahkan sampai dua kali.
Istimewanya, kedua prestasi mentereng ini sama-sama diraih, dengan tim yang memadukan pemain lulusan La Masia, seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez, Gerard Pique, Sergio Busquets, Andres Iniesta, dan pemain berkualitas macam Dani Alves, Thierry Henry, Samuel Eto'o, Neymar, dan Luis Suarez.
Di sini terlihat jelas, manajemen El Barca mampu memadukan konsep pembinaan pemain muda, dan rekrutmen pemain "jadi" dengan tepat. Semua dilakukan secara terukur sesuai kebutuhan. Alhasil, tercipta tim yang tangguh.
Inilah yang membuat nama La Masia tersohor, dan disejajarkan dengan akademi "De Toekomst" (The Future) milik Ajax, yang sebenarnya adalah "saudara tua" La Masia. Maklum, La Masia memang didirikan dengan sistem yang mengkopi akademi Ajax, atas saran Johan Cruyff, legenda Ajax Amsterdam, Barcelona, dan Timnas Belanda.
Tapi, setelah meraih treble winner tahun 2015, Barca seperti mulai kehilangan arah. Kebijakan mereka kadang tampak membingungkan.
Di bursa transfer, tak ada lagi rencana presisi seperti dulu. Â Dari tahun ke tahun selalu ada transfer mahal, tapi tak banyak yang bisa bersinar sesuai harapan. Ousmane Dembele akrab dengan cedera, sementara Coutinho akrab dengan gosip pindah klub.
Dari akademi, pemain lulusan La Masia hanya sesekali diberi kesempatan bermain, sebelum akhirnya dipinjamkan ke klub lain, atau bahkan langsung dilepas permanen. Jika bersinar terang di klub lain, Barca terpaksa gigit jari.
Terkini, mereka harus rela mendapati Adama Traore bersinar di Wolves, dan menjadi buruan raksasa Eropa. Padahal, selama di Barca, Traore minim mendapat kesempatan bermain dan dianggap sebagai surplus.
Sisi membingungkan Barca semakin lengkap, karena untuk menutupi sisi negatif satu ini, mereka justru masih menjadikan La Masia, sebagai salah satu kebanggaan. Dari tahun ke tahun, ikonnya hampir selalu sama: Messi, Pique, Xavi, Iniesta, Busquets. Belakangan, ada Jordi Alba, jebolan akademi La Masia yang dipulangkan dari Valencia.
Oke, mereka memang pemain berkualitas. Tapi, mereka jelas tak akan selamanya aktif. Dari nama-nama di atas, Xavi dan Iniesta sudah pergi, sementara yang lain sudah berusia kepala tiga. Artinya, tak lama lagi mereka akan memasuki masa senja karir di lapangan hijau.