Bicara soal Real Madrid, khususnya di bawah kepemimpinan Florentino Perez, tentu tak lepas dari proyek "Galacticos", yang memang menjadi pendekatan utama sang patron, dalam membangun tim.Â
Tak heran, sejak era Perez, El Real mendapat julukan "Los Galacticos". "Los Galacticos" sendiri merupakan strategi Perez, untuk memastikan Los Blancos sukses dalam hal kinerja, baik dalam hal meraih trofi juara di lapangan hijau, maupun dari segi bisnis di luar lapangan.
Dalam prosesnya, proyek "Galacticos" ini beberapa kali mengalami metamorfosis. Pada generasi pertama, yakni pada paruh pertama dekade 2000-an, proyek "Galacticos" banyak berfokus pada usaha memadukan pemain-pemain jebolan akademi La Fabrica, seperti Iker Casillas, Fransisco Pavon, dan Ivan Helguera, dengan bintang-bintang kelas dunia macam Luis Figo, David Beckham, Zinedine Zidane, dan Luiz Ronaldo.
Perpaduan macam ini sebenarnya sudah ada sebelumnya, dengan pemain jebolan akademi La Fabrica macam Guti dan Raul Gonzalez, berpadu padan dengan pemain bintang macam Roberto Carlos dan Fernando Morientes. Hanya saja, kebijakan transfer Real Madrid saat itu tak seambisius proyek Galacticos ala Perez.
Hasilnya, El Real sukses meraih trofi juara di liga domestik (musim 2000/2001 dan 2002/2003) dan Liga Champions Eropa (2001/2002). Dari segi bisnis, popularitas dan profitabilitas El Real juga tak tergoyahkan secara global.
Tapi, seiring menurunnya performa para bintang top diatas, baik karena faktor pertambahan usia atau masalah lainnya (seperti masalah cedera dan kelebihan berat badan pada kasus Luiz Ronaldo), prestasi tim ikut menurun, bahkan sempat puasa trofi antara musim 2003/2004 sampai 2005/2006.
Memang, Los Merengues kala itu sempat berbenah, antara lain dengan mendatangkan pemain-pemain muda macam Robinho, Sergio Ramos, Julio Baptista, dan Antonio Cassano, plus pemain jadi macam Walter Samuel, dan Michael Owen. Sayangnya, semua upaya itu nihil, karena tim yang ada sudah terlanjur "habis", dan pemain yang datang belum cukup bagus untuk memperbaiki penurunan kualitas para Galactico saat itu. Proyek Galacticos jilid satu Perez berakhir tahun 2006, saat dirinya diganti Ramon Calderon.
Ketika Perez kembali lagi ke kursi presiden El Real tahun 2009, dengan ambisius ia kembali mencanangkan proyek Galacticos jilid dua. Kali ini, El Real memboyong bintang-bintang kelas dunia macam Cristiano Ronaldo, Kaka,. Â dan Xabi Alonso, plus Karim Benzema, yang kala itu berusia 22 tahun. Di tahun berikutnya, El Real antara lain mendatangkan Raphael Varane, Angel Di Maria dan Mesut Ozil, plus pelatih flamboyan dalam diri Jose Mourinho.
Hasilnya, Cristiano Ronaldo dkk meraih masing-masing satu gelar La Liga Spanyol (2011/2012), Copa Del Rey (2010/2011), dan Piala Super Spanyol (2012). Meski tergolong agak kering prestasi, situasi ini masih bisa dimaklumi, mengingat Barcelona sedang berjaya bersama Pep Guardiola, Lionel Messi, dan tiki-taka mereka.
Titik balik proyek Galacticos Perez terjadi pada musim panas 2013. Setelah gagal bersaing dengan Barcelona untuk mendapatkan Neymar dari Santos FC, Real Madrid memang mendatangkan Galactico lain dalam diri Gareth Bale dari Tottenham Hotspur. Hanya saja, kali ini ada dua pemain muda berusia 21 tahun, yang ikut didaratkan ke Santiago Bernabeu, yakni Casemiro dan Dani Carvajal. Di musim panas yang sama, mereka mendatangkan. Carlo Ancelotti, pelatih jenius asal Italia.
Hasilnya, Real langsung meraih trofi La Decima plus Copa Del Rey di akhir musim,. Tapi, dari sini mulai tampak pergeseran pola transfer pemain, sekaligus perluasan perspektif tentang sosok Galactico.