Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyikapi Heboh Virus Corona

7 Maret 2020   15:15 Diperbarui: 7 Maret 2020   16:34 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, negeri kita dihebohkan dengan adanya kasus penderita virus Corona 19. Awalnya, saya merasa cuek saja, karena di masa lalu kita pernah beberapa kali mengalami kehebohan serupa, saat wabah penyakit SARS dan MERS sempat "mendunia" untuk beberapa saat.

Wabah kedua penyakit ini pada akhirnya mereda, bersama semua kehebohan yang muncul karenanya. Setelahnya, semua kembali normal seperti biasa, dan kedua wabah penyakit itu terlupakan oleh waktu.

Sayang, sikap cuek ini akhirnya luntur, karena kehebohan yang ada mulai terlihat berlebihan, terutama di Jakarta, kota tempat saya saat ini tinggal dan bekerja. Alhasil, tangan saya pun gatal untuk menuangkan pikiran saya ke dalam tulisan ini.

Bagaimana tidak? Kehebohan yang ada akhir-akhir ini sukses menciptakan kepanikan dan kekhawatiran. Penyebabnya, ada berbagai informasi terkait virus Corona, mulai dari yang valid sampai mengarah ke hoaks.

Ditambah lagi, ada begitu banyak pemberitaan di media, yang lebih menyoroti korban, bahkan menarasikan "kepanikan", bukan mengedukasi atau menghimbau publik untuk tetap tenang dan waspada.

Di sinilah masalah muncul. Dengan sikap sebagian masyarakat yang masih cenderung reaksional, semua informasi yang ada ditelan dan ditindaklanjuti mentah-mentah.

Berhubung masih belum bagusnya budaya membaca di negeri ini, tak ada filter yang bisa cukup membantu masyarakat untuk memilah, mana informasi yang valid atau hoaks. Akibatnya, atas nama "kehebohan", "kepanikan" dan "keadaan darurat" semua informasi yang ada dianggap "benar", sekalipun itu hoaks.

Tak heran, kita belakangan banyak melihat, orang berbondong-bondong membeli stok bahan makanan, seperti sedang ada perang atau bencana alam. Sejumlah acara publik pun ada yang dibatalkan, akibat potensi dampak wabah virus Corona ini.

Belakangan, peralatan kesehatan dan tanaman obat mendadak laris manis, dengan harga yang mendadak naik signifikan akibat mulai langka di beberapa tempat. Di sejumlah tempat umum, seperti gedung perkantoran, ada peralatan deteksi dini virus Corona yang dipasang.

Sekilas, tak ada yang salah dengan situasi ini, jika perspektif yang dipakai adalah "kewaspadaan". Tapi, karena "kewaspadaan" ini diawali dengan "kehebohan" dan "kepanikan", ia berubah menjadi sebuah "salah kaprah" yang mencemaskan.

Disebut demikian, karena "salah kaprah" ini sukses menciptakan ketakutan di masyarakat. Jika tak terkendali, dampak negatif ketakutan itu bisa lebih merusak dibanding virus Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun