Tentunya, FA Inggris akan berusaha memastikan, citra Liga Inggris sebagai "kompetisi terbaik saat ini" tetap terjaga. Jika pendekatan keras ini sampai diambil FA Inggris, mereka akan menjadikan Manchester City sebagai "Glasgow Rangers versi Inggris", karena, saat sedang rutin meraih trofi juara di level domestik, City dipaksa turun kasta akibat pelanggaran terkait aspek finansial.
Efek samping ini jelas akan berdampak katastrofik, karena selain akan menimbulkan eksodus personel dalam tim, proyek jangka panjang klub, untuk menjadi raksasa Eropa dipastikan ambyar seketika.
Dengan hilangnya daya tarik sebagai "tim kontestan Liga Champions" saja, pemain dan pelatih top akan berpikir tiga kali untuk mendarat di Etihad Stadium, apalagi jika sampai turun kasta.
Untuk saat ini saja, City sebenarnya masih dalam tahap "membangun stabilitas dan identitas filosofis tim", dengan tujuan akhir bisa berjaya di Eropa, seperti halnya di level domestik. Meski musim ini agak menurun, kesuksesan City mendominasi kompetisi domestik dua tahun terakhir, dan mencapai final Piala Liga Inggris musim ini tetap sebuah peningkatan, karena mereka sudah mulai terbiasa mencapai final dan meraih trofi tiap musim.
Ini jelas sebuah fondasi yang cukup bagus buat City untuk naik ke level berikutnya, yakni terbiasa melaju jauh di Eropa. Masalahnya, sekali saja mereka absen di Eropa, khususnya Liga Champions, mereka harus memulai dari nol, bahkan minus, untuk bisa mencapai level performa tinggi di Liga Champions.
Liverpool saja butuh waktu lama untuk bisa menemukan kembali "mental bertanding" di Eropa, sebelum akhirnya mampu meraih trofi Liga Champions keenam mereka. Apalagi City yang sedang berusaha membangun sejarah di Eropa.
Situasi lebih rumit bisa terjadi, andai City sampai turun kasta. Maklum, selain harus membangun lagi semua dari awal, mereka juga akan butuh waktu lebih lama lagi, untuk mencapai level performa saat ini.
Pada kasus ini, kita bisa melihat, bagaimana progres Glasgow Rangers setelah dipaksa turun kasta tahun 2012. Mereka memang kembali ke kasta tertinggi tahun 2016, tapi masih kesulitan untuk kembali mengimbangi Celtic yang terlanjur dominan.
Alhasil, mereka masih belum beranjak dari status "tim terkuat kedua" di liga. Meski belakangan mulai meningkat di bawah arahan Steven Gerrard, eks kapten Liverpool, progres Rangers tergolong lambat, karena lawan mereka adalah tim yang sudah jadi. Bisa dibilang, jalan Rangers untuk kembali menjadi "rival bebuyutan" sepadan buat Celtic, seperti dulu, masih sangat panjang.
Mengingat kompetisi Liga Inggris jauh lebih kompetitif dibanding Skotlandia, tantangan City akan lebih sulit dari Rangers. Tapi, bagaimana nasib akhir City nantinya, akan tergantung dari diterima atau tidaknya banding mereka di CAS, dan sanksi macam apa yang akan dijatuhkan oleh FA Inggris.
Jika banding City nantinya diterima CAS, sehingga mendapat keringanan, bahkan lolos dari sanksi larangan tampil di Eropa, mereka boleh bernafas lega sejenak. Karena, kalaupun masih ada sanksi dari FA, bentuknya hanya berupa denda atau pengurangan poin, bukan turun kasta.