Memang, di bawah komando Milla, Tim Garuda gagal meraih trofi juara, dan kiprahnya di Timnas Indonesia berakhir kurang mengenakkan. Tapi, jika ada kesempatan kedua, tentu nama Milla layak dipertimbangkan. Bagaimanapun, ia masih punya "urusan yang belum selesai" di Tim Garuda.
Terkait ketiganya, keputusan akhir memang tetap berada di tangan PSSI, tapi, sikap "santai" PSSI dalam mengambil keputusan jelas mengkhawatirkan. Apalagi, PSSI masih belum punya program kongkrit soal pembinaan usia muda secara kontinyu.
Meski tahun 2020 agenda bertanding Timnas tak terlalu padat, jika pendekatan PSSI masih seperti ini, sebagus apapun CV pelatih baru Timnas Indonesia nantinya, situasi akan tetap sama, bahkan bisa lebih buruk. Apalagi, jika sang pelatih nantinya hanya dikontrak jangka pendek.
Seharusnya, PSSI mulai berpikir jangka panjang, seperti yang belakangan mulai diterapkan oleh Thailand dan Vietnam. Dengan membuat cetak biru program pembangunan sepak bola nasional yang konsisten dijalankan, pemilihan pelatih Timnas seharusnya tak terlalu rumit, karena didasarkan pada kesesuaian antara filosofi sang pelatih dengan tujuan jangka panjang secara umum.
Selebihnya, siapapun pelatih Timnas Indonesia yang terpilih nantinya, kita tak perlu menaruh optimisme berlebih, karena PSSI sendiri masih belum punya program pendukung yang memadai. Apalagi, jika jadwal bertanding kompetisi Liga 1 musim 2020 masih "semau gue" seperti yang sudah-sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H