Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyambut (Kembalinya) Hari Senin

21 Oktober 2019   00:00 Diperbarui: 21 Oktober 2019   00:53 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal hari-hari dalam sepekan, hari Senin barangkali menjadi hari dengan nasib paling tidak beruntung, karena ia menjadi hari pembuka dalam sepekan. "Kesialan" hari Senin semakin lengkap, karena ia datang tepat setelah akhir pekan berakhir, fase dimana kebanyakan orang, khususnya para pekerja dan pelajar, masih belum bisa "move on" dari periode akhir pekan.

Tak heran, hari Senin sering jadi "sasaran tembak" bagi kebanyakan orang, karena dianggap menjadi  perusak mimpi indah di akhir pekan. Alhasil, hari Senin sering terasa lebih lama dan melelahkan dibanding hari-hari lainnya. Padahal, durasi hari Senin sama dengan hari-hari lainnya, yakni 24 jam, tak kurang atau lebih.

Boleh dibilang, diantara hari-hari dalam seminggu, hari Senin ibarat "biang kerok" atau "anak tiri". Kalau bisa, hari Senin menjadi hari paling ingin di-skip atau di-fast forward dalam sepekan, supaya tak menjadi mimpi buruk yang jadi kenyataan. Satu-satunya hal yang membuat hari Senin menyenangkan hanya jika itu merupakan hari libur nasional. Sisanya? Ya begitulah.

Ini berbeda dengan hari Jumat, Sabtu, atau Minggu, yang selalu disambut dengan karpet merah layaknya anak emas Perlakuan spesial juga didapat hari besar atau libur panjang.

Meski sebenarnya masih manusiawi, hal ini tentu agak aneh, karena, secanggih apapun kemajuan teknologinya, kita tetap tak bisa memilih hari mana yang bisa otomatis di-skip dalam sepekan. Selama masih hidup, kita hanya bisa menjalani semua hari dalam sepekan tanpa kecuali.
Pengecualian hanya berlaku jika kita memang sudah waktunya dipanggil pulang oleh Yang Di Atas.

Dalam porsinya sebagai salah bagian dari kefanaan hidup di alam fana ini, pergantian hari, termasuk kedatangan hari Senin, adalah satu hal yang normal. Satu hari yang sudah "habis masa" selalu akan otomatis diganti hari yang baru.

Satu-satunya "racun" dalam rutinitas kehidupan ini hanya sikap terlalu mendramatisir keadaan, dengan menganggap hari Senin sebagai sebuah mimpi buruk. Memang kenapa kalau ini hari Senin? Apa dunia akan langsung kiamat karena hari Senin datang?

Meski kadang menjengkelkan, kedatangan (kembali) hari Senin seharusnya tetap bisa kita sambut ramah, seperti hari-hari lain. Karena, inilah hari yang akan menemani kita mengawali perjalanan (kembali) menuju akhir pekan atau hari libur.

Malah, kita perlu berterima kasih kepada hari Senin, karena ia selalu mengajak kita semua untuk mau menjalani dan menghargai sebuah proses alamiah yang memang harus dijalani. Lagipula, tanpa menjalani dan melewati hari Senin, kita tak akan mencapai akhir pekan atau hari libur, termasuk jika hari libur itu jatuh di hari Senin.

Jadi, tak ada yang harus ditakutkan dari hari Senin, karena ia memang akan selalu datang pada waktunya, sama seperti hari lainnya. Kita hanya perlu menjalani sampai akhir, kalau bisa dengan hati gembira, supaya semua terasa lebih bermakna. Segala drama berlebihan tentang hari Senin hanyalah lelucon, selama kita mau tetap berkepala dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun