Masalahnya, PSG bersikukuh bahwa Neymar hanya bisa dilepas dengan harga minimal 222 juta euro, seperti harga belinya dulu. Alhasil, tawaran paket transfer uang tunai plus pemain yang disodorkan kedua tim selalu mentah.
Apa boleh buat, Neymar terpaksa harus berharap-harap cemas, seiring makin mendekatnya batas waktu bursa transfer musim panas tahun ini.
Sebenarnya, drama transfer Neymar ini merupakan wujud nyata dilema PSG. Di satu sisi, mereka tahu, Neymar ingin pergi, dan jika tetap dipertahankan hanya akan menjadi beban. Apalagi, gaji Neymar cukup besar. Akan merugikan jika PSG membiarkannya "magabut" alias makan gaji buta karena sudah enggan bermain.
Di sisi lain, PSG dituntut untuk tetap menjaga keseimbangan neraca keuangan klub, untuk memastikan mereka tak melanggar aturan Financial Fair Play dan menghindari sanksi embargo transfer. Harga yang dipatok PSG sendiri tergolong masuk akal, jika mempertimbangkan usia dan popularitas global Neymar saat ini.
Kebetulan, PSG belakangan sempat disorot tajam, karena mereka rutin menggelontorkan dana fantastis dalam berbelanja pemain. Padahal, dari segi pemasukan secara global, PSG belum sebanding dengan tim-tim macam Real Madrid, Barcelona, Liverpool atau Juventus.
Terlepas dari segala kerumitan yang mengiringinya, drama transfer Neymar ini menjadi satu potret aktual, dari kompleksitas sepak bola modern. Dimana, aspek olahraga bukan satu-satunya faktor penentu dalam transfer pemain, karena aspek bisnis dan finansial juga ikut mempengaruhi terlaksana atau tidaknya transfer pemain.
Menarik ditunggu, bagaimana akhir drama transfer Neymar ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H