Paradoks. Itulah kata yang secara sederhana menggambarkan kemenangan 2-1 Liverpool atas tuan rumah Southampton, Sabtu, (17/8). Gol-gol Si Merah di laga ini dicetak oleh Sadio Mane dan Roberto Firmino, sedangkan gol balasan Soton dicetak Danny Ings, yang di laga ini turun dari bangku cadangan pada babak kedua, menggantikan Oriol Romeu.
Disebut paradoks, karena pendekatan bermain Liverpool cukup kontras di kedua babak. Pada babak pertama, Virgil Van Dijk dkk lebih banyak bertahan, sementara Soton mampu memaksa Adrian bekerja keras di bawah mistar gawang Liverpool.
Alhasil, Liverpool lebih banyak mengandalkan kecepatan trio Firmino-Mane-Salah untuk sesekali menyerang balik. Tapi, strategi ini terbukti manjur, dengan Mane sukses menjebol gawang mantan klubnya di penghujung babak pertama.
Gol ini membuat Liverpool mengawali babak kedua dengan pendekatan berbeda. Kali ini, tim asuhan Juergen Klopp ganti bermain menyerang, dan Soton hanya sesekali menyerang balik. Pendekatan ini membuahkan hasil, dengan gol yang dicetak Roberto Firmino memanfaatkan assist Sadio Mane.
Sekilas, gol ini berhasil membuat situasi menjadi lebih aman buat Liverpool, meski mereka tetap bermain agresif, dengan membuat sejumlah peluang berbahaya. Klopp juga melakukan rotasi pemain, dengan menarik Mohamed Salah, James Milner, dan Alex Oxlade-Chamberlain, yang digantikan oleh Divock Origi, Fabinho, dan Jordan Henderson.
Tapi, alih-alih menang dengan nyaman, Liverpool dan Kopites dipaksa senam jantung di penghujung babak kedua, akibat gol Danny Ings tujuh menit sebelum waktu normal usai. Gol ini tercipta, akibat operan ceroboh Adrian yang panik karena Ings melakukan pressing padanya.
Blunder ini merusak catatan bagus Adrian, yang di laga ini mampu membuat sejumlah penyelamatan krusial. Beruntung, Liverpool tetap mampu mengamankan poin penuh hingga laga usai.
Meski menang, blunder fatal Adrian mempertegas adanya masalah cukup serius di bawah mistar gawang Liverpool setelah Alisson absen karena cedera betis. Memang, Adrian mampu membantu Liverpool meraih trofi Piala Super Eropa, dengan menggagalkan tendangan penalti terakhir Chelsea di Istanbul, tapi ia bukan kiper bergaya main modern seperti Alisson.
Seperti diketahui, selain punya refleks ciamik, Alisson dikenal punya akurasi operan oke. Selain itu, kiper asal Brasil ini juga dikenal mampu memainkan bola dengan kakinya. Ini jelas berbeda dengan Adrian, yang cenderung bergaya main klasik.
Jadi, akan berbahaya jika Klopp tetap memaksakan Adrian untuk bergaya main persis seperti Alisson. Apalagi, Liverpool akan menjamu Arsenal di Anfield pekan depan. Arsenal jelas bukan lawan enteng, karena punya ujung tombak tajam dalam diri Pierre Emerick Aubameyang, pemain asal Gabon yang musim lalu berbagi gelar top skor Liga Inggris bersama Sadio Mane dan Mohamed Salah lewat torehan 22 golnya.
Pastinya, Liverpool akan berusaha meraih hasil positif melawan Arsenal, untuk menjaga momentum positif di awal musim ini, tapi mereka tetap harus memastikan, gawang mereka baik-baik saja selama Alisson absen. Jika tidak, kita akan bersiap untuk kembali melihat "Tragedi Loris Karius" lainnya di Liverpool.
Tetap fokus, Liverpool!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H