Sekilas, langkah yang dilakukan Klopp ini membuat Liverpool terlihat "pelit" dalam hal berbelanja pemain. Tapi, jika melihat materi pemain yang sudah ada saat ini, terlalu riskan jika merombaknya secara drastis, karena dapat merusak soliditas tim yang sudah terbangun. Jadi, mempromosikan produk akademi Liverpool adalah cara paling masuk akal. Lagipula, di masa lalu, akademi Liverpool pernah sukses mengorbitkan pemain macam Steven Gerrard dan Jamie Carragher.
Selain itu, kebijakan ini dapat menjadi satu investasi jangka panjang Liverpool, mengingat usia mereka (dalam hal ini Brewster dan Wilson) masih muda. Dengan sedikit polesan dari Klopp dan tambahan pengalaman bertanding secara konsisten di kompetisi level atas, mereka bisa menjadi pemain kunci The Anfield Gank di masa depan.
Menariknya, manuver pasif Liverpool di bursa transfer musim panas kali ini membuktikan, belanja pemain "jadi" secara jor-joran bukan satu-satunya cara memperkuat tim. Malah, itu hanya langkah pertama untuk membangun pondasi tim secara cepat.
Karena jika pondasi tim sudah cukup kuat, langkah berikut yang harus dilakukan adalah memberdayakan pemain muda jebolan akademi klub secara kontinyu, untuk dijadikan pemain bintang di masa depan. Jika sudah sampai di tahap ini, pembangunan dalam sebuah tim bisa dibilang berhasil. Meraih trofi juara pun tinggal masalah waktu.
Apakah manuver pasif Liverpool ini berbuah manis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H