Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lautaro Martinez dan Paradoks Tim Tango

29 Juni 2019   16:21 Diperbarui: 30 Juni 2019   08:45 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lautaro Martinez, harapan baru Tim Tango Argentina | Sumber: copaamerica.com

Bukan Lionel Messi, bukan pula Paulo Dybala, tapi Lautaro Martinez-lah yang bersinar bersama Timnas Argentina di Copa America 2019. Sinar terang pemain Inter Milan ini menjadi satu kejutan tersendiri, mengingat cukup mewahnya materi lini depan Tim Tango. Selain Messi dan Dybala, ada juga Sergio Aguero dan Angel Di Maria yang turut mengisi barisan depan La Albiceleste.

Jika berkaca pada profil rekam jejaknya, nama Lautaro Martinez tentu belum ada apa-apanya dibanding keempat seniornya itu. Maklum, usianya baru menginjak 21 tahun dan belum lama menjadi langganan starter di Inter Milan. Tepatnya, sejak perselisihan antara Mauro Icardi dan manajemen Inter Milan mencuat beberapa waktu lalu. Masalah ini jugalah yang membuat Lionel Scaloni (pelatih Timnas Argentina) lebih memilih Lautaro Martinez ketimbang Icardi.

Secara pengalaman, ia juga masih tergolong "anak kemarin sore" di Timnas Argentina, karena baru mencatat 10 penampilan bersama timnas senior Argentina, termasuk saat Argentina menang 2-0 atas Venezuela, Sabtu (29/6), dinihari WIB.

Tapi, jika bicara soal performa, catatan Lautaro Martinez cukup menarik perhatian, karena ia sudah mencetak enam gol di Timnas Argentina, termasuk masing-masing satu gol ke gawang Qatar dan Venezuela di ajang Copa America 2019. Kedua laga ini dimenangkan Argentina dengan skor identik 2-0.

Marca.com
Marca.com

Catatan ini tentu menjadi satu kabar baik buat Tim Tango, saat performa Lionel Messi (lagi-lagi) masih belum sesuai harapan. Padahal, mereka akan berhadapan dengan Brasil, sang tuan rumah turnamen di babak semifinal. Tim Samba lolos ke semifinal setelah menang adu penalti atas Paraguay.

Seperti diketahui, sang kapten Timnas Argentina baru mampu membuat satu gol di Copa America 2019, yakni saat menjebol gawang Paraguay lewat tendangan penalti di fase grup. Argentina hampir saja tumbang di laga yang berakhir imbang 1-1 ini, andai kiper Franco Armani tak menggagalkan tendangan penalti Paraguay di babak kedua.

Menariknya, kemunculan Lautaro Martinez sebagai "senjata baru" Tim Tango seolah menegaskan, ada sebuah paradoks di Timnas Argentina, yakni bersinarnya "bintang terlupakan" di tengah redupnya sinar "bintang utama" bernama Lionel Messi.

Sinar redup Lionel Messi di Timnas Argentina jelas bukan hal baru, karena ia memang menjalani peran cukup kompleks, yakni sebagai kapten, bintang utama, sekaligus motor serangan tim. Belum lagi, ia harus menanggung beban harapan besar publik Argentina yang selalu berharap performa gacor Messi di Barcelona bisa juga di "copy-paste" sama persis di Timnas Argentina.

Dengan situasi seperti ini, tak heran jika saat Argentina menang dan Messi bersinar, semua tampak biasa saja. Karena, memang sudah seharusnya demikian. Jika Argentina gagal menang dan performa Messi melempem, Messi langsung disorot tajam, termasuk saat Argentina kalah 0-2 dari Kolombia di fase grup Copa America kali ini.

Tapi, entah kebetulan atau bukan, terpusatnya sorotan publik pada Messi seperti menjadi berkah tersendiri buat Lautaro Martinez. Karena, dengan keberadaannya yang seolah terlupakan, ia justru mendapat ruang lebih untuk tampil lepas di Copa America 2019.

Uniknya, jika melihat tren performa Argentina yang terus membaik di tiap laga, kita bisa melihat bersama, bagaimana strategi psikologis Lionel Scaloni berjalan. Secara cerdik, eks pemain West Ham United ini menjadikan Messi sebagai "target man" yang menampung semua sorotan publik kepada Tim Tango. 

Dengan posisinya sebagai kapten dan bintang utama tim, membiarkan semua sorotan tertuju pada Messi justru menguntungkan, alih-alih merugikan. Karena, dengan terpusatnya sorotan publik pada Messi, ada ruang lebih bagi pemain Timnas Argentina lainnya, untuk bisa fokus sepenuhnya pada performa di lapangan hijau. 

Jadi, alih-alih menuntut Messi mencetak gol atau assist sebanyak mungkin, Scaloni membiarkan Messi tetap disorot tajam seperti biasa untuk membuat Argentina makin berkembang secara tim. Supaya, Messi tak lagi susah payah bekerja seorang diri di Timnas Argentina.

Sejauh ini, strategi Scaloni membuahkan hasil, dengan lolosnya Tim Tango ke babak semifinal dan bersinarnya Lautaro Martinez di Copa America 2019.

Andai Argentina mampu lolos ke final dan menjadi juara Copa America 2019, kita layak untuk angkat topi pada Scaloni, karena ia tak lagi membuat Argentina terlalu bergantung pada Messi, tapi justru mampu memanfaatkan kebintangan Messi untuk membuat pemain lainnya ikut bersinar terang.

Mampukah Tim Tango berjaya di Negeri Samba?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun