Masalah lainnya, Messi tampak terbebani saat menjadi kapten, dan kerap kebingungan di fase krusial. Alhasil, kemampuan terbaiknya tak keluar, dan tim yang dikapteninya menuai hasil negatif. Di Barca, kekalahan atas Liverpool dan Valencia menjadi buktinya. Di timnas Argentina, "hat-trick" kekalahan Albiceleste di final Piala Dunia 2014, Copa America 2015, dan Copa America Centenario 2016 menjadi contoh paling mencolok.
Situasi ini jelas menunjukkan, meski punya kemampuan istimewa, Messi tak cukup kapabel untuk menjadi kapten tim, terutama di saat krusial. Hal ini sekaligus menegaskan, kadang seorang pemain hebat belum tentu layak untuk menjadi pemimpin, begitupun sebaliknya. Seharusnya, ini perlu diperhatikan Barca. Jika tidak, antiklimaks ini hanya awal dari rangkaian penurunan mereka berikutnya.
Bisa, Barca?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H