Tapi, sejak internet mulai "booming" tahun 2008, tempat penantian saya pada edisi terbaru Tabloid BOLA pun mulai bergeser, dari agen koran ke ruang perpustakaan sekolah, meski rasa ingin tahunya tetap sama.
Saat kuliah, ruang perpustakaan universitas kerap menjadi tempat nongkrong saya, setiap kali ingin membaca edisi terbaru Tabloid BOLA.
Satu alasan kuat mengapa saya masih suka membaca Tabloid ini adalah, ulasan mendalam dari para kolumnisnya, seperti Weshley Hutagalung dan Anton Sanjoyo.
Tulisan padat berisi yang mereka sajikan, kadang membuat saya berandai-andai bisa membuat tulisan seperti mereka. Inilah hal paling awal, yang bisa jadi membuat saya terinspirasi untuk mulai menulis seperti sekarang.
Tutup usianya Tabloid BOLA, memang menjadi satu efek samping kemajuan teknologi. Meski begitu, semua memori manis yang mereka sajikan tetap akan hidup di hati para pembacanya.
Terima kasih, Tabloid BOLA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H