Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Takdir Unik Thierry Henry

14 Oktober 2018   03:33 Diperbarui: 14 Oktober 2018   03:53 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, setiap orang pasti melalui berbagai tahapan, sebelum akhirnya naik ke level yang baru. Tapi, tak banyak orang yang berkesempatan memulai perjalanannya di level baru dalam hidupnya, di tempat yang sama dengan saat ia memulai perjalanan di level sebelumnya. Satu dari sedikit sosok yang mengalami situasi ini adalah Thierry Henry (41), legenda Arsenal dan Timnas Prancis.

Saat memulai karir bermainnya dulu, Henry bermain di AS Monaco, saat klub Ligue 1 Prancis ini dilatih Arsene Wenger. Di klub ini, namanya mulai dikenal luas.

Duetnya bersama David Trezeguet, membuat lini serang AS Monaco begitu tajam. Terbukti, AS Monaco sempat menembus babak semifinal Liga Champions musim 1997/1998. Keduanya menjelma menjadi "rising star", yang turut membela Timnas Prancis, saat Les Bleus juara Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.

Meski sinarnya sempat meredup di Juventus, Henry akhirnya mampu bersinar terang di Arsenal. Di bawah arahan Arsene Wenger, Henry menjelma menjadi penyerang eksplosif, dan legenda Arsenal, berkat torehan 228 gol yang dicetaknya dari 376 penampilan.

Setelahnya, ia membela Barcelona, sebelum akhirnya menutup karir bermainnya di New York Red Bulls. Meski berhasil meraih 1 trofi Liga Champions bersama Barcelona, banyak orang menganggap, di Arsenal-lah Henry mencapai puncak karirnya.

Setelah pensiun sebagai pemain tahun 2014 silam, Henry mulai menapaki level baru dalam karir sepakbolanya. Kesempatan itu datang di tahun 2016, saat dirinya ditunjuk menjadi asisten Roberto Martinez, pelatih Timnas Belgia. Hasilnya cukup memuaskan. Ia turut ambil bagian, saat Tim Setan Merah berhasil meraih medali perunggu di Piala Dunia 2018 lalu.

Prestasi ini, menjadikan dirinya mulai mendapat tawaran melatih di Bordeaux dan AS Monaco, dua klub Ligue 1 Prancis yang sedang mencari pelatih baru, menyusul start buruk mereka musim ini. Bordeaux mencari sosok pengganti Gustavo Poyet (Uruguay), sedangkan Monaco mencari sosok pengganti Leonardo Jardim (Portugal). Keduanya menjadikan Henry sebagai kandidat pengganti ideal.

Selain itu, Henry juga didekati Aston Villa (Inggris), sebagai kandidat pengganti Steve Bruce yang dipecat karena start buruk mereka di Championship Division. Tapi, pada Sabtu, (13/10) lalu, Henry akhirnya memilih "pulang" ke Monaco. Di Monaco, Henry diikat kontrak sampai tahun 2021.

Tentunya, ini adalah satu takdir unik buat Henry, karena ia memulai karir sebagai pelatih kepala, di klub tempat ia memulai karir bermainnya dulu. Bedanya, kini ia memulai kiprah keduanya di Stade Louis II dalam situasi rumit. Karena, Monaco masih terdampar di posisi ke 18 klasemen sementara Ligue 1 musim ini.

Situasi ini cukup mengejutkan. Karena, di bawah arahan Jardim, AS Monaco adalah tim yang cukup konsisten bersaing di papan atas klasemen Ligue 1. Bahkan, mereka sempat menjadi juara Ligue 1 dan menjadi semifinalis Liga Champions Eropa musim 2016/2017.

Tantangan berat lainnya, Henry harus segera melupakan statusnya sebagai pemain sukses, dan membuktikan kapabilitasnya sebagai pelatih. Karena, banyak pemain bintang yang gagal bersinar saat beralih menjadi pelatih, seperti pada kasus Gary Neville dan Paul Ince (Inggris).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun