Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menyikapi Ketegasan PSSI

13 Oktober 2018   04:48 Diperbarui: 13 Oktober 2018   05:40 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tempo sepekan terakhir sejak Liga 1 kembali digulirkan, sudah ada dua klub yang terkena sanksi tegas dari PSSI, terkait pelanggan yang dilakukan oleh oknum suporter. Kedua klub itu adalah Persib Bandung dan Arema FC, dua klub yang dikenal punya basis suporter fanatik cukup kuat.

Persib dilarang berkandang di pulau Jawa (hingga akhir musim ini), dan Bobotoh dilarang menonton langsung aksi Maung Bandung di stadion, hingga paruh pertama musim 2019 berakhir. Sementara itu, Arema FC diwajibkan menggelar laga kandang tanpa penonton, dan Aremania dilarang menonton langsung aksi Singo Edan di stadion hingga akhir musim ini. 

Ditambah lagi, mereka harus membayar denda sebesar Rp 100 juta. Tak cukup sampai disitu, dua pentolan Aremania, yakni Yuli Sumpil dan Fandy dilarang masuk ke stadion di seluruh Indonesia seumur hidup.

Hukuman Persib didapat, menyusul tragedi meninggalnya Haringga Sirila (seorang Jakmania), jelang laga melawan Persija. Sementara itu, Arema FC dihukum PSSI, menyusul kekisruhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, saat menjamu Persebaya Surabaya.

Memang, ada pro kontra, yang muncul, soal langkah tegas yang diambil PSSI kali ini. Maklum, ini adalah satu hal yang relatif masih baru di sepak bola nasional. Sebelumnya, tak banyak hukuman tegas semacam ini, saat oknum suporter anarkis berulah. Tapi, jika melihat situasi saat ini, saya melihat keputusan PSSI kali ini sudah tepat.

Malah, saya mempertanyakan mereka yang masih saja mempersoalkan keputusan PSSI kali ini. Saat PSSI tak tegas, mereka menuntut ketegasan, tapi saat PSSI tegas, mereka masih saja mempersoalkan. Apa maunya?

Saya menyebut keputusan PSSI kali ini sudah tepat, karena masalah anarkisme suporter memang sudah sangat kronis. Berhubung wacana mengedukasi suporter masih saja sebatas wacana, ketegasan PSSI kali ini bisa dijadikan momentum positif, untuk membangun kesadaran antarsuporter lewat sebuah terapi kejut bernama sanksi tegas buat klub yang didukung.

Jika kita mau melihat bersama secara objektif, terapi kejut ini adalah cara terbaik yang bisa dilakukan. Karena, di sini para suporter benar-benar dididik langsung untuk menyadari, apapun hal negatif yang mereka lakukan saat mendukung klubnya, klub akan menanggung akibatnya. 

Jadi, jika para suporter memang mencintai klubnya, mereka akan berhati-hati dalam bertindak. Apalagi, jika klubnya sudah terkena sanksi berat. Jika kesadaran tidak juga muncul, berarti para oknum suporter anarkis ini memang sudah sangat bebal.

Bagi klub, sanksi berat semacam ini seharusnya bisa menjadi pelajaran, untuk mulai serius membina suporter. Karena, pembinaan suporter bukan hanya menjadi tanggung jawab PSSI, tapi juga klub. Di sini, klub seharusnya mulai berpikir, untuk tidak hanya mengumpulkan uang penjualan tiket dari suporter, tapi juga membina para suporter, untuk mencintai klubnya secara sadar dan waras.

Klub tidak bisa selamanya berlindung di balik kata "oknum" saat terjadi aksi anarkis. Karena, aksi anarkis "oknum" suporter umumnya disebabkan oleh rasa cinta berlebihan kepada klub. Sebagai "penyebab utama" aksi anarkis oknum suporter, seharusnya klub tidak bisa lepas tangan begitu saja. 

Kalau aksi anarkis masih saja terjadi, berarti klub sudah gagal membina suporter. Sekeras apapun upaya PSSI (dan semua pihak terkait) menertibkan suporter, jika klub tak ikut serta, maka semua akan sia-sia.

Menariknya, pro kontra soal langkah tegas PSSI kali ini membuktikan, selalu ada penolakan terhadap hal baru, terutama pada mereka yang terlanjur nyaman dengan kondisi saat ini, atau mereka yang tak melihat situasi secara utuh. Tapi, sebuah tindakan nyata memang harus dilakukan, jika situasi tak kunjung membaik, demi kebaikan bersama. 

Meski agak terlambat, ini lebih baik daripada tidak ada tindakan sama sekali. Semoga, ini menjadi satu langkah awal, menuju sepak bola nasional yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun