Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga 1, Setelah Jeda Itu Berakhir

3 Oktober 2018   00:36 Diperbarui: 3 Oktober 2018   00:41 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sempat jeda selama kurang lebih sepekan terakhir, menyusul tragedi meninggalnya Haringga Sirila (seorang Jakmania) akibat dianiaya oleh oknum suporter Persib Bandung, akhirnya pada Selasa, (2/10) lalu, PSSI menginstruksikan kepada PT LIB (operator kompetisi Liga 1) untuk kembali menggulirkan kompetisi Liga 1. Keputusan ini dibuat PSSI, bersamaan dengan rilis hukuman disipliner (baik berupa denda maupun skorsing) kepada klub, pemain atau ofisial tim, yang dinilai melanggar aturan.

Mungkin, banyak muncul pro kontra soal sanksi yang diberikan PSSI, terutama soal sanksi yang diberikan PSSI kepada Persib, menyusul tragedi meninggalnya Haringga Sirila, dan kekisruhan yang terjadi di lapangan, saat mereka bersua Persija. Seperti diketahui, PSSI mengharuskan Persib menjalani laga kandang tanpa penonton di Kalimantan, selama sisa musim ini, dan bermain tanpa penonton di kandang sendiri selama separuh musim kompetisi 2019 mendatang. Selain itu, mereka juga harus membayar denda, plus mendapati trio pemain asing mereka (Ezechiel, Bauman, dan Malisic) diskors, dengan larangan bermain bervariasi, yakni antara 2-5 pertandingan.

Tapi, berhubung sudah merebaknya pro kontra soal sanksi PSSI kepada Maung Bandung, saya memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut di tulisan ini.  Karena, saya lebih tertarik untuk membahas tentang bagaimana kelanjutan kompetisi Liga 1 pasca "jeda darurat" kali ini. Mengapa hal ini menarik? Mari saya jelaskan.

Seperti diketahui, di sela-sela "jeda darurat" kali ini, klub-klub peserta Liga 1 kompak mendeklarasikan perdamaian antarsuporter. Di masa lalu, deklarasi semacam ini adalah satu hal rutin, tiap kali ada tragedi meninggalnya suporter di stadion. Sayangnya, entah kenapa, tragedi semacam ini masih saja terjadi.

Entah kebetulan atau bukan, deklarasi damai kali ini waktunya berdekatan dengan skorsing bertanding di kandang tanpa penonton yang diterima Persib, dan pertandingan panas antara Arema Vs Persebaya. Di sini, saya melihat dua hal berbeda, yang kebetulan sama-sama berkaitan dengan suporter.

Pertama, sanksi yang didapat Persib kali ini, bisa dibilang adalah satu sanksi terberat yang pernah dijatuhkan PSSI, terkait anarkisme suporter. Meski dinilai lebih ringan dari perkiraan awal banyak pihak, sanksi ini adalah terapi kejut, dan peringatan keras buat klub-klub lainnya, untuk membina suporter fanatiknya. Jika ternyata masih terjadi, bukan tak mungkin sanksi berat lainnya akan muncul.

Berhubung ini adalah kasus pertama di Indonesia (terkait anarkisme suporter) yang dihukum berat, ada baiknya Persib tidak mengajukan banding ke PSSI, atau, kalaupun Persib tetap mengajukan banding, sebaiknya PSSI tetap menolaknya. Supaya, ini dapat dijadikan pelajaran berharga buat semua klub, untuk tak lagi berlindung di balik kata "oknum", saat terjadi tindak anarkis. Karena, jika PSSI ternyata masih berkompromi, ini akan menjadi satu perseden buruk lainnya di sepak bola nasional.

Kedua, deklarasi damai antarsuporter kali ini, akan langsung mendapat ujian, dalam laga "Derby Jawa Timur", antara Arema Vs Persebaya, dua tim yang dikenal sebagai rival bebuyutan. Tantangan semakin lengkap, karena hubungan Aremania dan Bonekmania selama ini tergolong kurang akur. Terbukti, tiap kali kedua tim bermain di kandang, suporter tim tamu dilarang datang ke stadion, demi menjaga keselamatan masing-masing.

Tapi, menyusul deklarasi damai kali ini, manajemen Arema (setelah berkoordinasi dengan pihak aparat keamanan) berencana untuk mengizinkan Bonek bertandang ke markas Arema. Hanya saja, jumlahnya dibatasi, yakni antara 50-100 orang suporter. Jika ini akhirnya terjadi tanpa masalah, maka ini akan menjadi satu momen bersejarah bagi kedua tim, dan diharapkan dapat menjadi satu tanda positif, terkait proses mewujudkan perdamaian antarsuporter di Indonesia.

Berakhirnya masa "jeda darurat" Liga 1, tentunya menjadi kabar baik bagi sepak bola nasional. Semoga, di sisa musim kompetisi kali ini dan seterusnya, ketegasan terhadap anarkisme suporter, dan kedamaian antarsuporter dapat terus terjaga, bahkan semakin baik, demi sepak bola nasional yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun