Memang, jika dilihat dari cara bermain mereka, Uni Emirat Arab menampilkan "negative football" secara sempurna; pertahanan rapat, serangan balik cepat, plus kelihaian mereka dalam ber-"Furbizia" (bermain 'nakal'; misal men-delay tempo permainan, bermain kasar atau "tricky") seperti halnya timnas Italia "zaman old"; main jelek tak masalah, yang penting menang.
Kesan ini makin kentara, karena mereka juga lolos ke fase gugur dengan modal minimal. Tentunya, tak ada yang terlihat istimewa dari tim ini. Tapi, harus diakui, mereka punya mental cukup tangguh di babak adu penalti.
Tak bisa dipungkiri, Uni Emirat Arab menjadi tim "pematah hati" di Asian Games 2018, lewat cara bermain mereka yang "sangat Italia". Tapi, mereka sekali lagi mengingatkan kita semua, sepak bola bukan hanya soal mendominasi permainan di segala aspek secara statistik, sepak bola juga adalah soal hasil akhir. Getir memang, tapi inilah sepak bola.