Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia, Menuju Fase Gugur Asian Games 2018

22 Agustus 2018   14:37 Diperbarui: 22 Agustus 2018   14:53 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada titik ekstrimnya, harapan berlebih ini justru bisa menjadi bumerang buat tim, terutama jika hasil yang didapat tak sesuai harapan. Satu kekalahan bisa menghapus rentetan kemenangan yang sebelumnya sudah didapat. Tim yang tadinya dipuji setinggi langit saat menang, bisa langsung menjadi 'musuh bersama' saat kalah.

Kita tentu ingat, bagaimana ini pernah terjadi pada timnas Brasil, di Piala Dunia 1950. Berstatus sebagai tuan rumah, dan didukung penuh publik Brasil, Tim Samba mampu menyapu bersih kemenangan sejak babak awal, dan berhasil melaju ke final. 

Capaian ini mampu membuat Moacir Barbosa dkk dipuji setinggi langit seolah sudah menjadi juara. Tapi, kekalahan 2-1 atas Uruguay di final, membuat mereka jadi 'musuh bersama' publik Brasil, yang lalu menjuluki kekalahan itu sebagai "Maracanazo" alias "Tragedi Maracana".

Di sini, kita melihat bersama, "Maracanazo" adalah satu contoh nyata, betapa berbahayanya optimisme berlebihan buat sebuah tim. Alih-alih menjadi pelecut semangat, ia justru menjadi bumerang. Tentunya, kita semua berharap, tak ada "Maracanazo" versi Indonesia di Asian Games 2018.

Tapi, bukan berarti kita bisa meremehkan lawan begitu saja. Malah, kita harus segera menyiapkan mental, untuk menerima apapun hasil akhir yang didapat timnas di fase gugur. Karena, risiko utama dalam olahraga adalah menang dan kalah. 

Jika kita tak bisa menerima kekalahan sebaik menyambut kemenangan, maka kita justru mencederai semangat utama Asian Games sebagai pesta olahraga Asia, yakni sportivitas. Lagipula, olahraga (sport) tanpa sportivitas bukan olahraga, tapi permainan kotor nan memalukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun