Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Start Buruk Arsenal

19 Agustus 2018   12:01 Diperbarui: 19 Agustus 2018   21:19 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua kali main, dua kali kalah. Itulah gambaran sederhana dari start Arsenal di gelaran kompetisi Liga Inggris musim ini. Dua kekalahan ini didapat, masing-masing dari Manchester City (0-2) dan Chelsea (2-3).

Kekalahan atas Chelsea didapat, setelah gol Marcos Alonso di babak kedua gagal dibalas Arsenal. Sebelum gol ini tercipta, pertandingan berjalan begitu menarik, terutama di babak pertama. Karena, gol-gol Chelsea lewat aksi Pedro dan Alvaro Morata, mampu dibalas Arsenal, lewat gol-gol Mkhitaryan dan Alex Iwobi.  

Dari segi hasil akhir, ini menjadi start terburuk The Gunners di dua laga awal liga domestik, tepatnya sejak dimulainya era Premier League pada musim 1992/1993.

Tentunya, ini bukan situasi yang diinginkan Gooners dan Arsenal sendiri. Apalagi, Arsenal sebenarnya sudah punya beberapa modal positif; punya pelatih baru, cukup sibuk di bursa transfer, dan tampil cukup baik di masa pramusim. Bisa dibilang, ini adalah mimpi buruk yang menjadi nyata buat Arsenal dan Gooners. Tapi, meski terlihat sangat buruk, ada beberapa faktor, yang membuat situasi ini terlihat wajar.

Untuk saat ini, Arsenal sedang berada dalam tahap membangun ulang tim di berbagai aspek. Mulai dari sistem permainan yang agak berbeda, menyatukan pemain baru dengan yang sudah ada, sampai membiasakan diri dengan sosok Unai Emery, sang pengganti Arsene Wenger. Pendek kata, Arsenal saat ini sedang menjalani masa transisi setelah ditinggal Arsene Wenger.

Sekilas, situasi di Arsenal pasca Wenger lengser tak serumit saat Manchester United ditinggal pensiun Sir Alex Ferguson tahun 2013 silam. Karena, meski meninggalkan "warisan" berupa Stadion Emirates dan kondisi keuangan tim yang sehat, jejak prestasi Wenger (dari sisi trofi juara yang didapat) jelas tak jadi beban berat buat siapapun penerusnya. Jadi, Emery di Arsenal seharusnya tak akan semenderita David Moyes di United dulu.

Masalahnya, di Arsenal, Emery mewarisi sebuah tim yang sebenarnya sudah 'habis', tapi terlanjur terbiasa bermain cantik, meski sebenarnya agak ceroboh, terutama saat melawan tim kuat. Indikasi ini terlihat, dari performa mereka saat melawan City dan Chelsea.

Mereka memang masih punya pemain macam Mesut Ozil, Petr Cech, Mkhitaryan, dan Aubameyang. Tapi, Ozil tak lagi sekreatif dulu, rekening gol Aubameyang masih belum pecah telur, dan Petr Cech tak dibantu lini belakang  yang solid. Hanya Mkhitaryan yang sejauh ini cukup bisa diandalkan. Torehan satu gol dan satu assist saat melawan Chelsea, Sabtu, (18/8) menjadi buktinya.

Oke, mereka memang sukses mendatangkan pemain baru macam Lucas Torreira (gelandang, Uruguay), Sokratis Papastathopoulos (bek, Yunani), Stephan Lichtsteiner (bek, Swiss), dan Bernd Leno (kiper, Jerman). Mereka adalah pemain reguler di klub  sebelumnya. Tapi, muka-muka baru ini masih perlu waktu lebih, untuk beradaptasi dengan kerasnya kompetisi Liga Inggris. Jadi, wajar jika Arsenal mencatat start buruk di liga Inggris.

Karena, Emery masih belum bisa sepenuhnya mengenyahkan suasana mood kurang bagus, dan membangkitkan kembali semangat dalam tim. Dari sisi taktik, gaya sepak bola agresif yang coba diterapkan Emery di Arsenal masih belum cukup ampuh, terutama saat melawan tim dengan gaya main agresif, seperti Manchester City dan Chelsea.

Belum adanya dampak positif yang signifikan dari para pemain baru, juga membuat daya ledak Arsenal masih melempem. Otomatis, dengan situasi "seadanya" seperti ini, kerja Emery di Arsenal akan semakin berat, terutama jika pekan depan Arsenal kembali tumbang di liga.

Praktis, untuk saat ini, kemajuan yang didapat Arsenal adalah mampu mengejar ketinggalan dua gol saat melawan Chelsea, meski akhirnya harus kalah 2-3. Di sini terlihat, Arsenal-nya  Emery punya determinasi lebih, dibandingkan Arsenal-nya Wenger, yang jarang sekali tampil begitu ngotot. Malah, Arsenal "zaman old" sering jatuh mental, tiap kali kebobolan lebih dulu.

Jika mentalitas ini bisa terus dipertahankan, awan mendung yang saat ini sedang menaungi Arsenal bisa segera berlalu. Tapi, untuk mewujudkannya, mereka harus mampu untuk segera mencatat kemenangan pertama di liga pasca-Wenger. Jika tidak, bisa dipastikan Arsenal akan menjalani masa transisi mereka dengan menjalani musim penuh kekecewaan.

Mampukah mereka melewati masa sulit?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun