Il Principino alias Si Pangeran Kecil, adalah sebutan yang disematkan pendukung Juventus pada Claudio Marchisio (32). Julukan ini didapat Marchisio, karena ia adalah produk asli akademi sepak bola Juventus, dengan dirinya sudah menjadi bagian dari Juventus, sejak masih berusia 7 tahun. Boleh dibilang, Marchisio sudah punya ikatan kuat dengan Juventus.
Ikatan kuat inilah, yang membuatnya digadang-gadang sebagai penerus Alessandro Del Piero, Sang Pangeran Turin. Seperti diketahui, meski bukan pemain hasil didikan akademi sepak bola Juventus, Del Piero punya ikatan batin sangat kuat dengan Juventus dan Juventini.
Awalnya, semua terlihat bagus, dengan Marchisio terus berkembang, segera setelah dirinya menjadi pemain tim utama Si Zebra, saat mereka dihukum bermain di Serie B akibat kasus Calciopoli tahun 2006. Bahkan, ia dianggap sebagai harapan baru Juve, menyusul peran pentingnya di lini tengah, saat membawa Juve juara Serie B musim kompetisi 2006/2007
Di timnas Italia, Marchisio juga dianggap sebagai salah satu calon kuat penerus Andrea Pirlo, karena visi bermainnya yang cukup baik, dan posisinya yang mirip dengan Pirlo. Kebetulan, keduanya juga sempat menjadi rekan setim, baik di klub maupun timnas. Sebagai informasi, Pirlo pernah berseragam Juventus pada periode tahun 2011-2015.
Tapi, harapan tinggal harapan. Alih-alih menjadi bintang besar, Marchisio malah kesulitan memenuhi harapan Juventini.
Meski sempat bersinar setelah mengalami masa naik-turun pada periode tahun 2009-2011, Marchisio justru akrab dengan cedera lutut kambuhan, terutama sejak musim 2015/2016.
Masalah ini jugalah, yang membuat Marchisio tak pernah memperkuat timnas Italia sejak tahun 2015.
Padahal, sebelumnya ia tak punya riwayat cedera parah, dan mampu tampil baik saat kondisinya fit. Terbukti, ia menjadi bagian penting lini tengah Juventus, saat mereka menjadi finalis Liga Champions Eropa musim 2014/2015.
Di Liga Italia, Marchisio juga menjadi anggota tim utama Juve, yang mendominasi Serie-A sejak musim kompetisi 2011/2012 hingga kini. Ia mampu bersaing dengan pemain macam Paul Pogba dan Arturo Vidal. Jadi, ia jelas bukan pemain sembarangan.
Tapi, seperti halnya sebuah novel, yang selalu punya halaman terakhir, kebersamaan Marchisio dan Juventus pun akhirnya mencapai titik akhir, setelah bersama selama 25 tahun terakhir.
Pada Jumat, (17/8), Marchisio dan Juventus sepakat mengakhiri ikatan kerjasama mereka. Alhasil, Marchisio kini berstatus tanpa klub.
Meski berakhir kurang mengenakkan, kebersamaan Juventus dan Marchisio tetap meninggalkan memori manis buat Juventini.
Karena, Marchisio menjadi bagian dari sejarah kebangkitan Juventus pasca Calciopoli. Catatan total 389 penampilan dan 37 gol, plus raihan 7 Scudetto dan 4 titel Coppa Italia, menjadi bukti nyata seberapa besar kontribusi Marchisio di Juventus.
Melihat usia, dan situasinya saat ini, bisa dibilang, Marchisio memasuki masa senja karirnya, dengan dirinya meredup sebelum waktunya.
Menariknya, Marchisio menjadi sebuah contoh aktual, dari betapa merusaknya efek samping cedera lutut kambuhan bagi pesepakbola.
Seberbakat apapun seorang pemain, ia akan kesulitan mencapai level terbaiknya, jika sudah terlanjur akrab dengan cedera kambuhan.
Cedera memang menjadi salah satu risiko pekerjaan buat pesepakbola, tapi, jika sudah terlanjur akrab dengannya, itu adalah sebuah kemalangan yang sangat disayangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H