Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menyikapi Wacana Regulasi Baru di Liga Indonesia

15 Agustus 2018   18:44 Diperbarui: 15 Agustus 2018   22:21 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada gelaran Liga 1 Indonesia musim kompetisi 2019 mendatang, PSSI mewacanakan sebuah regulasi baru, yakni larangan merekrut penyerang asing bagi klub kontestan Liga 1. Wacana ini muncul, setelah timnas Indonesia mengalami krisis penyerang murni handal di berbagai kelompok umur. 

Praktis, untuk saat ini, Indonesia belum punya lagi sosok penyerang lokal andal, selain Boaz Solossa (32). Selebihnya, hanya penyerang bertipe "false nine" macam Ilham Udin Armaiyn dan Egy Maulana Vikri, atau penyerang naturalisasi macam Beto Goncalves atau Ilija Spasojevic.

Jika dilihat sekilas, ini adalah satu wacana positif, andai benar-benar diterapkan. Memang, satu faktor utama penyebab krisis penyerang lokal berkualitas di Indonesia adalah keberadaan penyerang asing di klub Liga Indonesia. Masalah ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, karena kebanyakan klub cenderung berorientasi target jangka pendek dalam menjalani musim kompetisi.

Akibatnya, klub cenderung memilih jalan pintas, dengan merekrut penyerang asing. Jarang ada klub yang mau memberi kesempatan kepada penyerang muda lokal. Kalaupun ada, kesempatan itu relatif terbatas. Parahnya, fenomena ini terjadi di semua klub kontestan Liga 1 Indonesia tiap musim.

Sebenarnya, kompetisi Liga 2 atau kasta dibawahnya adalah ladang cukup potensial, untuk penyerang murni lokal. Seperti diketahui, klub Liga 2 atau kasta dibawahnya  dilarang merekrut pemain asing. Jadi, pemain lokal benar-benar diberdayakan sepenuhnya. Sayangnya, kompetisi Liga 2 kebawah sering luput dari perhatian. PSSI sendiri juga terkesan lebih memperhatikan kompetisi Liga 1.

Tapi, langkanya penyerang murni lokal belakangan ini, sebenarnya adalah konsekuensi dari tren taktik sepak bola yang sedang populer saat ini: formasi tanpa striker murni alias formasi "false nine". Di Eropa, contoh aktual dari strategi ini biasa diterapkan Liverpool, lewat trisula Firmino-Mane-Salah. Meski ketiganya bukan penyerang murni, mereka tetap rajin mencetak gol, dan mampu menjadi trisula maut buat timnya.

Di Indonesia, tren ini membuat pemain lokal bertipe "false nine" begitu melimpah. Hal ini wajar, karena pemain lokal Indonesia rata-rata berpostur tubuh tak terlalu tinggi, tapi punya kecepatan lari cukup baik.

Kebetulan, pemain di posisi false nine memang harus punya kecepatan, kecerdasan dan teknik individu oke. Postur tubuh tak jadi soal, yang penting bisa tampil bagus. Tak heran, pemain lokal kita belakangan mulai berlomba-lomba menjadi "false nine" . Akibatnya peran "nomor 9 asli" kian terlupakan. Masalah ini lalu menjadi satu isu panas, yang belakangan banyak dibahas di media, dan menghasilkan wacana larangan merekrut penyerang asing yang dicetuskan oleh PSSI.

Di satu sisi, wacana ini bisa menjadi momentum bagus buat penyerang murni lokal kita. Karena, mereka akan punya lebih banyak menit bermain dibanding sebelumnya. Bagi klub, regulasi ini bisa menghemat anggaran gaji mereka. Seperti diketahui, mayoritas penyerang asing di Indonesia punya besaran gaji di kisaran ratusan juta sampai miliaran rupiah per musim. Sedangkan, besaran gaji per musim pemain lokal jauh lebih murah.

Di sisi lain, wacana aturan ini bisa menjadi sarana edukasi buat pecinta sepak bola nasional, tentang macam-macam jenis striker menurut gaya bermainnya. Dari sini, mereka bisa lebih objektif dalam menilai kinerja seorang pemain. Karena, di era sepak bola modern seperti sekarang, penilaian kinerja seorang pemain tak hanya dinilai dari gol yang dicetak, tapi juga dari detail kecil, seperti akurasi umpan, dan jumlah tekel akurat.

Jika regulasi ini nantinya benar-benar diterapkan, kita hanya perlu berharap, PSSI akan konsisten menerapkannya, tanpa berhenti di tengah jalan. Karena, jika tak konsisten, kebijakan ini hanya akan menelantarkan pemain muda kita. Bagaimanapun, seorang penyerang berkualitas tidak bisa langsung muncul, hanya dalam hitungan menit.

Bisa, PSSI?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun