Judul di atas adalah pertanyaan, yang bisa jadi sedang ditanyakan sebagian pecinta sepak bola nasional, terkait awal perjalanan kiprah Egy Maulana Vikri (18) di Lechia Gdansk. Memang, sejak bergabung dengan klub Liga Ekstraklasa Polandia ini, Egy belum pernah tampil di laga kompetitif. Jangankan tampil, masuk daftar pemain cadangan saja belum pernah. Kalaupun pernah, pemain asal Medan ini baru sebatas bermain di laga pramusim Lechia Gdansk.
Mungkin, situasi ini terlihat kurang mengenakkan bagi Egy maupun penggemar Timnas U-19 Indonesia. Bagaimana mungkin, pemain yang pernah mendapat penghargaan, di turnamen sekelas Turnamen Toulon, bisa sampai diperlakukan seperti itu?
Ternyata, situasi ini tak lepas, dari faktor adaptasi Egy, sebagai seorang pemain muda, baik secara teknis maupun nonteknis. Meski dinilai punya potensi, pemain berkaki kidal ini masih perlu waktu tambahan, untuk dapat sepenuhnya siap tempur di kompetisi Ekstraklasa.
Dari segi teknis, Egy masih perlu meningkatkan level kebugaran fisiknya, supaya benar-benar siap bermain. Disadari atau tidak, kebugaran memang masih jadi satu masalah besar buat Egy. Seperti diketahui, Lechia adalah klub profesional pertama dalam karier bermain Egy. Sebelumnya, Egy lebih banyak beredar di kompetisi turnamen usia muda, terutama bersama timnas U-19. Masalah ini jugalah, yang membuatnya jarang dimainkan di Timnas U-23 arahan Luis Milla.
Selebihnya, ia tak pernah bermain rutin tiap pekan. Inilah yang membuat Egy belum sepenuhnya siap secara fisik maupun mental di Lechia. Karena, ia sebelumnya belum pernah bermain secara rutin dalam intensitas tinggi. Awalnya, Egy sempat dilibatkan dalam persiapan pramusim Lechia. Tapi, partisipasi Egy di sini kurang maksimal. Karena, ia sempat pulang ke Tanah Air, untuk membela Timnas U-19 di ajang Piala AFF U-18. Alhasil, Lechia memilih untuk "menyekolahkan" Egy ke tim reserve (U-23) Lechia, untuk mengasah kemampuan, dan membantunya beradaptasi dengan lancar di lingkungan barunya.
Hal ini cukup krusial, karena dari segi iklim dan budaya, Polandia berbeda dengan Indonesia. Maka, perlu penanganan khusus, untuk bisa membereskan kendala satu ini. Supaya, Egy dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya di lapangan hijau. Mungkin pendekatan yang digunakan Lechia pada Egy terlihat lambat. Tapi, ini adalah satu cara terbaik, untuk pemain seusianya. Dengan sedikit tekanan, akan ada ruang lebih banyak baginya untuk berkembang.
Awalan lambat Egy kiprah di Lechia Gdansk, mungkin bukan awal ideal yang ingin dilihat pecinta sepak bola nasional. Tapi, ini seharusnya dapat menjadi satu pembelajaran buat PSSI, klub, dan pihak terkait, akan pentingnya menggarap serius kompetisi liga untuk pemain usia muda, dan perlunya klub memberi kesempatan kepada pemain muda untuk bertanding secara rutin. Supaya, pemain muda kita dapat terus mengasah kemampuannya, dan sudah siap sepenuhnya, saat harus bermain di level kompetisi yang lebih tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H