Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Neymar, Tabarez, dan Totalitas

8 Juli 2018   14:52 Diperbarui: 8 Juli 2018   15:09 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piala Dunia 2018 menyajikan banyak cerita. Tak hanya soal menang-kalah, tapi juga soal sikap pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya. Dan, salah satu sikap yang 'naik panggung' di Piala Dunia kali ini adalah totalitas.

Memang, totalitas adalah sebuah sikap, yang pasti ditampilkan setiap pemain dan pelatih di lapangan. Tentunya, ini menjadi gambaran nyata, dari usaha maksimal setiap tim, untuk meraih hasil terbaik di lapangan, sekaligus menjadi wujud nyata dari sikap kompetitif, yang menjadi salah satu jiwa, dari sebuah kompetisi, termasuk Piala Dunia 2018.

Tapi, jika kita melihat secara spesifik, di Piala Dunia kali ini, ada dua sosok, yang menampilkan totalitas secara nyata, dalam dua sudut pandang berbeda. Mereka adalah Oscar Tabarez (pelatih timnas Uruguay), dan Neymar (bintang utama timnas Brasil).

Pada sosok Tabarez, kita dapat melihat sebuah totalitas dalam artian positif. Seperti diketahui, pelatih berusia 71 tahun ini tetap mendampingi La Celeste di pinggir lapangan, meski harus memakai tongkat penopang, akibat penyakit gangguan sistem syaraf Guillain-Barre Syndrome.yang dideritanya sejak tahun 2016 silam.

Oscar Tabarez (goal.com)
Oscar Tabarez (goal.com)
Dalam kondisi seperti ini, normalnya kebanyakan orang akan memutuskan berhenti, atau pensiun dari pekerjaannya. Apalagi, jika usianya sudah masuk dalam kategori usia pensiun (60 tahun ke atas), dengan kondisi fisik Tabarez saat ini, pensiun adalah pilihan yang pasti bisa dimaklumi. Tapi, Tabarez memilih untuk tetap mendampingi La Celeste, meski kadang juga harus memakai kursi roda elektrik saat bertugas.

Baginya, pekerjaan melatih timnas Uruguay adalah sebuah tugas yang harus dikerjakan sampai tuntas, atau setidaknya sampai situasi benar-benar tak lagi memungkinkan baginya. Bagaimanapun,  bagi Tabarez, melatih timnas Uruguay, adalah salah satu wujud bela negara. Pantang baginya untuk mundur di tengah jalan.

Di sinilah, totalitas, dalam artian positif itu menampakkan dirinya secara utuh. Meski dalam kondisi fisik serba terbatas, Tabarez tetap mampu menjadi mastermind taktik Uruguay, sekaligus menjadi sosok "guru", "ayah", dan penyemangat bagi timnya. Memang, Tabarez terlihat kalem dan renta di area touchline Uruguay. Tapi, meski tampak biasa saja, kehadirannya terbukti mampu membuat Luis Suarez dkk tampil penuh semangat di lapangan. Meski akhirnya harus angkat koper di perempatfinal, usai ditekuk Prancis 0-2, totalitas yang ditampilkan Tabarez dan La Celeste di Rusia, tetap membuat mereka layak mendapatkan pujian.

Di sisi lain, totalitas saat membela timnas, juga ditampilkan Neymar di timnas Brasil. Dengan peran dan nomor punggung 10 yang disandangnya, ia memang mampu menjadi motor serangan Tim Samba. Terbukti, ia mampu menciptakan 2 gol dan 2 assist di Piala Dunia 2018. Selain itu, skill individunya yang aduhai, juga mampu memukau penonton, seperti atraksi "rainbow kick", yang dipamerkannya saat melawan Kosta Rika. Penampilan total Neymar di lapangan, juga dapat dilihat, dari catatan selalu tampil penuh dirinya, selama Tim Samba bermain di Rusia.

Sayangnya, totalitas yang ditampilkan Neymar, juga mencakup hal-hal yang tidak perlu, yakni hobi beraktingnya di lapangan, temperamennya yang kadang mudah meledak, dan kegemarannya berganti gaya rambut, tiap kali Selecao bertanding. Untuk hal pertama dan ketiga, ini memang sudah menjadi rahasia umum. Saking umumnya, banyak meme yang muncul di media sosial, tentang dua hobi Neymar  di lapangan hijau ini.

Kebetulan, ketiga hal tersebut ditampilkan Neymar di Rusia. Untuk hal pertama, ia sempat jadi sorotan, saat dirinya kedapatan melakukan aksi teatrikal, ketika Brasil menekuk Meksiko 2-0. Kala itu, aksi berguling-gulingnya, setelah terinjak kaki Miguel Layun, membuat Layun dihadiahi kartu kuning oleh wasit. Sebelumnya, Neymar juga sempat kedapatan melakukan aksi "diving" di kotak penalti, saat Brasil menghadapi Kosta Rika.

Express.co.uk
Express.co.uk
Untuk hal kedua, kegemarannya berganti gaya rambut, membuat Eric Cantona, sang legenda Manchester United, menjuluki gaya rambut Neymar, sebagai "Rambut Spaghetti". Sementara itu, Neymar juga sempat dikartu kuning wasit, setelah dirinya kedapatan membanting bola karena kesal dengan keputusan wasit, saat Brasil menghadapi Kosta Rika di fase grup.

Di sini, Neymar memang menampilkan totalitas, saat membela timnas Brasil. Sayangnya, totalitas itu adalah sebuah totalitas yang kebablasan. Tak heran, saat Brasil kandas di perempatfinal, usai dikalahkan Belgia dengan skor 2-1, Brasil dan Neymar langsung menjadi bahan tertawaan orang, dengan memenya langsung bertebaran di internet. Situasi ini muncul, karena alih-alih menjadi bintang karena performanya, Neymar sukses menjadi bahan tertawaan level global, karena totalitasnya yang kebablasan.

Apa yang ditampilkan Tabarez dan Neymar di Rusia, menjadi contoh aktual, dari apa itu totalitas, dan bagaimana dampak sebuah totalitas, terhadap hasil yang didapatkan sebuah tim. Totalitas dapat berdampak positif, hanya jika ditampilkan apa adanya. Karena, totalitas yang ditampilkan secara berlebihan sejatinya hanyalah sebuah kekonyolan.

Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun