Sebagai seorang penikmat sepak bola, tiap kali Piala Dunia dihelat, Argentina dan Uruguay selalu menjadi tim, yang aksinya saya tunggu-tunggu. Karena, kedua tim juara dunia dua kali asal Amerika Latin ini, sama-sama punya gaya main yang enak ditonton, dan selalu punya pemain berkualitas. Bedanya, Argentina lebih kuat dari sisi teknik individu pemainnya, sementara Uruguay kuat dalam hal taktik dan kerjasama tim.
Dalam hal taktik dan kerjasama tim, Uruguay menjadi tim yang lebih terorganisir dibanding Argentina. Bahkan, mereka bisa bermain dengan menyesuaikan diri terhadap karakter tim lawan. Mereka juga bisa bermain agresif dan defensif sama baiknya. Kelebihan inilah, yang membuat mereka selalu menjadi lawan sulit bagi tim manapun.
Sebetulnya, ada satu kesamaan taktik antara Argentina dan Uruguay, yakni, mereka sama-sama mengandalkan sosok pemain kreatif, yang bertugas sebagai motor serangan tim. Jika Argentina punya sosok macam Diego Maradona dan kini Lionel Messi, Uruguay punya Diego Forlan dan kini Luis Suarez sebagai motor serangan tim.
![Mirror.co.uk](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/27/images-5-5b327746f1334453be168003.jpeg?t=o&v=770)
![Juan Schiaffino (kaos biru). Sumber gambar: Theguardian.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/27/images-3-5b3278eccaf7db47cc02b632.jpeg?t=o&v=770)
Tak heran, dari masa ke masa, Uruguay selalu punya motor serangan andal, seperti Enzo Fransescoli, Alvaro Recoba, Diego Forlan, dan Luis Suarez. Meski tak sesukses Schiaffino, tak ada satupun dari mereka yang dianggap gagal. Malah, mereka dianggap sukses di eranya masing-masing, dan dipandang sebagai diri mereka sendiri. Saat mereka bermain jelek atau bagus pun, tak ada kritik atau pujian berlebihan, seluruh tim dan suporter tetap kompak mendukung.
Begitu juga saat mereka bersinar atau terjerat masalah, seperti yang dialami Luis Suarez di Copa America 2011 (saat Uruguay juara dan ia menjadi pemain terbaik), dan Piala Dunia 2014 (saat Uruguay terpuruk dan Suarez jadi pesakitan) lalu. Situasi serba "biasa" inilah, yang membuat mereka begitu nyaman, dan mampu bersinar saat berseragam timnas Uruguay.
Situasi ini berbeda dengan Tim Tango, yang kerap dibebani target untuk menang dengan bermain indah, dan setiap kali ada "pemain kreatif" yang muncul, perbandingan dengan sosok legendaris Diego Maradona selalu menjadi beban berat tak terhindarkan. Seperti diketahui, di Argentina, El Diego dikultuskan sebagai "dewa sepakbola", berkat aksi heroiknya di Piala Dunia 1986.
![Diego Maradona (iffhs.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/27/images-4-5b32771add0fa874624d68a2.jpeg?t=o&v=770)
Di luar situasi "biasa" mereka, tim La Celeste juga tampak begitu solid. Tak hanya bergantung pada Suarez seorang, mereka kompak mendukung, atau bahkan mengisi peran Suarez saat El Pistolero sedang melempem, atau berhalangan tampil. Kekompakan ini, juga ditunjang oleh kemampuan taktikal mumpuni dari pelatih Oscar Tabarez, sosok pelatih yang juga sangat dihormati para pemainnya.
Di Piala Dunia 2018, soliditas Uruguay tampak, dari performa mereka di fase grup. Meski hanya membuat 5 gol dari 3 laga, tim asuhan Oscar Tabarez ini mampu mencatat 3 kemenangan tanpa kebobolan. Setelah sempat diragukan, karena hanya menang 1-0 melawan Mesir dan Arab Saudi, Uruguay mulai unjuk gigi, saat membekap tuan rumah Rusia 3-0, Senin, (25/6).
Meski bermain di depan publik tuan rumah, Uruguay mampu tampil efektif dan menebar ancaman. Efektivitas Uruguay benar-benar ampuh memukul Rusia, dengan gol tendangan bebas Suarez di menit ke 10 sebagai hasilnya. Setelahnya, Tim Beruang Merah balas menyerang.
Tapi, perlawanan mereka praktis tamat, setelah Denis Cheryshev mencetak gol bunuh diri di menit 23, disusul kartu merah bek Smoinikov di menit 36. Setelahnya, Rusia hanya bisa sesekali mengancam. Tapi, upaya mereka gagal. Solidnya lini belakang Uruguay, yang digalang kapten Diego Godin, membuat lini serang Rusia mati kutu.
Malah, Rusia harus kebobolan lagi di menit akhir laga, setelah Edinson Cavani sukses mencetak gol penutup buat Uruguay. Hasil ini, menjadi noda buat Rusia, yang sebelumnya tampil gahar saat membekuk Arab Saudi 5-0 dan Mesir 3-1.
Dengan soliditas tim mereka saat ini, Uruguay akan menjadi lawan tangguh buat Portugal di babak 16 besar. Dengan status Juara Eropa dan diperkuat Cristiano Ronaldo, Portugal memang bukan lawan mudah. Tapi, jika Uruguay tetap mampu tampil kompak, bukan tak mungkin mereka akan melaju jauh di Rusia, seperti yang mereka lakukan di Piala Dunia 2010, saat mereka menjadi semifinalis. Mampukah Uruguay mewujudkannya?
Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI