Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Punahnya Tradisi Sang Dinosaurus Bundesliga

13 Mei 2018   11:31 Diperbarui: 13 Mei 2018   12:49 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hamburger SV, adalah salah satu klub terbesar, dan tersukses di Jerman. Dalam sejarahnya, klub asal kota pelabuhan ini, mampu meraih 6 gelar Bundesliga Jerman, terbanyak kelima, setelah Bayern Munich (27 kali juara), FC Nurnberg (9), Borussia Dortmund  (8), dan Schalke 04 (7). Sejak dimulainya kompetisi profesional Bundesliga, pada tahun 1963, Hamburg merupakan satu-satunya klub, yang belum pernah terdegradasi ke Divisi Dua Bundesliga. Tak heran, Si Kaus Merah dijuluki "Si Dinosaurus"

Di kancah antarklub Eropa, mereka juga cukup sukses. Selain Bayern Munich, dan Borussia Dortmund, Hamburger SV adalah klub asal Jerman yang mampu menjuarai Piala Champions Eropa (kini Liga Champions Eropa).

Si Kaus Merah, meraih gelar ini, pada musim 1982/1983, setelah mengalahkan Juventus 1-0, di final. Kala itu, mereka dilatih Ernst Happel, pelatih jenius asal Austria. Selain itu, mereka juga mampu meraih 1 gelar Piala Winners (kini setingkat Liga Europa) musim 1976/1977 , dan 2 gelar Piala Intertoto, kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga (edisi 2005 dan 2007, kompetisi ini dibubarkan tahun 2008).

Dari segi pemain, Hamburg tak pernah absen diisi pemain berkualitas. Tercatat, klub ini pernah diperkuat Kevin Keegan (Inggris), Jose Paolo Guererro (Peru), Vincent Kompany (Belgia), Rafael Van der Vaart, Ruud Van Nistelrooy, dan Nigel de Jong (Belanda), Tomas Rincon (Venezuela), hingga Son Heung Min (Korea Selatan) dan Hakan Calhanoglu (Turki). Musim ini, mereka diperkuat pemain kunci macam Kyriakos Papadopoulos (Yunani) Lewis Holtby, dan penyerang berbakat Jann Fiete Arp (Jerman)

Tapi, klub ini akrab dengan inkonsistensi performa, terutama sejak awal dekade 1990-an, saat mereka terjangkit krisis keuangan kronis. Akibatnya, mereka lebih banyak berkutat di papan tengah, atau memasang target sekedar lolos dari degradasi. Sejak masa keemasan mereka (pertengahan 1970an-pertengahan 1980-an) lewat, Hamburg hanya mampu meraih 1 gelar juara DFB Pokal (Piala Jerman) musim 2002/2003, gelar terakhir mereka sejauh ini.

Di Bundesliga, Hamburg hanya mampu sesekali menembus papan atas. Alhasil, mereka jarang tampil, di kompetisi antarklub Eropa. Penampilan terakhir mereka, di kompetisi antarklub Eropa, terjadi pada musim 2009/2010. Ketika itu, Hamburg mampu lolos ke semifinal Liga Europa, sebelum disingkirkan Fulham, yang lalu dikalahkan Atletico Madrid di final.

Setelah 2010, Hamburg justru menjadi langganan kandidat degradasi. Bahkan, selama dua musim  beruntun (2013/2014 dan 2014/2015),mereka sempat finis di posisi 16 klasemen, yang mengharuskan mereka menjalani laga play-off promosi degradasi, melawan klub peringkat tiga 2 Bundesliga, demi mengamankan tempat di Bundeslliga musim berikutnya. Posisi terbaik mereka, di klasemen akhir Bundesliga, dalam kurun waktu 2010-2016, adalah posisi 7 (2013), dan 10 (2016). Pada musim 2016/2017 lalu, mereka finis di posisi 14, setelah sempat terpuruk di dasar klasemen (posisi 18) Bundesliga.

Tapi, tradisi tanpa degradasi itu benar-benar tamat pada musim 2017/2018 ini, di pekan penutup Bundesliga, Sabtu, (12/5). Memang, Hamburg mampu mengalahkan Gladbach 2-1 lewat gol-gol Aaron Hunt dan Lewis Holtby. Tapi, kemenangan itu jadi percuma, setelah pada saat bersamaan, Wolfsburg, rival mereka menang 4-1 atas tim juru kunci FC Koln.

Hasil ini membuat Hamburg finis di posisi 17 Bundesliga (nilai 31). Sementara itu, Wolfsburg (posisi 16, nilai 33) berhak mengikuti play-off promosi degradasi, melawan tim peringkat 3 divisi 2 liga Jerman. Dengan ini, Hamburg resmi mengikuti jejak Aston Villa (terdegradasi tahun 2015), MU (1974), Nottingham Forest (1999) dan Bayern Munich (1963) sebagai tim mantan juara Liga Champions yang pernah terdegradasi ke kasta kedua liga domestik.

Sebetulnya, ada juga AC Milan dan Juventus, yang juga sempat bernasib serupa. Tapi duo Italia ini mengalaminya akibat skandal pengaturan skor, Milan terdegradasi pertama kali tahun 1980 (dan terdegradasi sekali lagi tahun 1982 secara normal), sementara Juventus terdegradasi tahun 2006.

Apa yang dialami Hamburger SV musim ini, adalah sebuah contoh dampak penurunan prestasi, yang dibiarkan begitu saja. Sebuah klub, yang tadinya sangat sukses, menurun menjadi langganan papan tengah, lalu menurun lagi, menjadi langganan kandidat degradasi, tanpa ada perbaikan berarti, sebelum akhirnya benar-benar terdegradasi secara tragis.

Tentu saja, Bundesliga musim ini menjadi musim paling menyakitkan bagi Hamburg. Tapi, ini dapat menjadi sebuah kesempatan yang baik, untuk memulai lagi semuanya dari awal. Bagaimanapun, akhir dari sebuah perjalanan, adalah awal dari perjalanan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun