Di tingkat benua, Jerman dua kali kalah di final oleh tim kejutan turnamen, yakni atas Cekoslovakia (1976), dan Denmark (1992). Uniknya, kedua kekalahan ini didapat, saat mereka berstatus tim juara Piala Dunia. Satu kekalahan lain didapat dari Spanyol (2008), tim yang saat itu sedang mulai bangkit dari tidur panjang.
Hubungan unik timnas Jerman dan patah hati ini menunjukkan, "happy ending" adalah satu hal yang relatif dalam sepak bola. Karena, tim "pemeran antagonis" dan tim "tokoh utama", punya peluang yang sama untuk menang. Di sisi lain, timnas Jerman membuktikan, pentingnya kekuatan mental (disamping kelebihan teknis), dalam menghadapi sebuah turnamen, meski kadang menjadi tim yang kurang disukai. Dengan mentalitas inilah, Tim Panser mampu mencetak berbagai prestasi positif. Tak heran, jika mereka dijuluki "tim bermental turnamen".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H