Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Naik-Turun Timnas Hongaria

17 April 2018   23:48 Diperbarui: 18 April 2018   00:22 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad The Mighty Magyars (Sportskeeda)

Dari masa ke masa, selalu ada tim nasional sepakbola yang bersinar, dan menjadi tim yang sangat disegani pada masanya. Kebanyakan dari tim ini, rata-rata punya  generasi emas, yang sangat diandalkan. Tapi, setelah generasi emas ini habis, dan terjadi perubahan drastis, pada situasi dalam negeri, pada negeri asal timnas tersebut (misal akibat gejolak politik), berakhir pula era keemasan tim tersebut.

Di Eropa Timur, kasus ini terjadi pada timnas Hongaria, tepatnya pada paruh pertama era 1950-an. Kala itu, timnas Hongaria memang sedang diberkahi pemain dan pelatih berkualitas. Di pos pemain, timnas Hongaria diperkuat trisula maut Ferenc Puskas, Zoltan Czibor, dan Sandor Kocsis. Sementara, Gustav Sebes menjadi pelatihnya.

Tim asuhan Gustav Sebes ini, menjadi penanda bangkitnya timnas Hongaria dari keterpurukan, setelah sebelumnya sempat sukses menembus final Piala Dunia 1938 di Prancis. Memang, meski kalah atas Italia di final, timnas Hongaria angkatan 1938 ini dianggap sebagai salah satu tim terkuat di eranya.

Tim ini diperkuat trio maut Gyorgy Sarosi, Gyula Zsengeller, dan Ferenc Deak. Pada prosesnya, mereka mengalahkan timnas Hindia Belanda (kini Indonesia) dengan skor 6-0 di putaran awal turnamen. Sayang, invasi Jerman saat Perang Dunia kedua, membuat timnas Hongaria vakum selama beberapa saat.

Dengan dimotori trio Kocsis-Czibor-Puskas, dan ditunjang formasi inovatif 2-3-2-3 rancangan Sebes, timnas Hungaria sukses menjuarai Olimpiade 1952, dan Central European International Cup (CEIC, bentuk awal Piala Eropa) tahun 1953. Berkat permainan menyerang, dan kerjasama tim yang memukau, tim ini dijuluki "The Mighty Magyars".

Capaian prestasi tim ini akan sempurna, andai tak kalah 2-3 dari Jerman, di final Piala Dunia 1954. Meski begitu, Ferenc Puskas berhasil menjadi Pemain Terbaik Turnamen, dan Sandor Kocsis menjadi top skor turnamen, berkat 11 gol yang dicetaknya. Sayang, invasi Uni Soviet tahun 1956, membuat tim hebat ini kehilangan kekuatan utamanya. Pelatih Gustav Sebes dipecat. Puskas pindah ke Spanyol, dan membela Real Madrid. Sementara itu, Kocsis dan Czibor membela Barcelona.

Setelah era Puskas tamat, sebetulnya Hongaria punya bintang lain dalam diri Florian Albert (1941-2011). Berposisi sebagai penyerang, Albert berhasil membawa timnas Hongaria menembus perempatfinal Piala Dunia 1962 dan 1966. Di tingkat benua, Albert berhasil menginspirasi negaranya menembus semifinal Piala Eropa.

Secara personal, sosok yang sepanjang karirnya membela klub Ferencvaros ini, sukses menjadi top skor dan Pemain Muda Terbaik Piala Dunia 1962, plus meraih Ballon d'Or tahun 1967. Di era yang sama pula, timnas Hongaria mampu meraih medali emas Olimpiade 1964 dan 1968, plus medali perak tahun 1972.

Tapi, setelah Albert pensiun dari timnas Hongaria tahun 1974, Hongaria mulai menurun drastis. Meski lolos ke Piala Dunia 1978, 1982, dan 1986, mereka selalu tersingkir di babak awal. Kejatuhan pemerintah komunis tahun 1991, membuat persepakbolaan Hongaria makin terpuruk.

Praktis, satu-satunya hal tersisa dari masa jaya "The Mighty Magyars", hanya tinggal nama Ferenc Puskas, yang kini menjadi nama stadion nasional Hongaria di kota Budapest. Selain itu, nama Puskas diabadikan FIFA, sebagai nama untuk penghargaan gol terbaik dalam setahun. Selebihnya, timnas Hongaria sedang membangun ulang tim, dengan capaian perdelapanfinalis Euro 2016 sebagai tonggaknya.

Naik turun prestasi timnas Hongaria membuktikan, betapa merusaknya efek gejolak politik suatu negara di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Tentunya, menjaga stabilitas politik adalah tanggung jawab semua pihak. Karena,  sekali stabilitas itu rusak, butuh waktu lama untuk mengembalikannya seperti sediakala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun