Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

AC Milan Merajut Asa

2 Maret 2018   01:03 Diperbarui: 2 Maret 2018   01:06 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naik dan turun. Itulah gambaran performa AC Milan musim ini. Di awal musim, Si Merah Hitam berada di atas angin. Kegiatan belanja pemain yang aktif, dan performa awal musim yang cukup baik, membuat Milan disebut-sebut sedang mulai bangkit. Tak heran, optimisme pun meliputi AC Milan dan Milanisti.

Tapi, memasuki bulan Oktober 2017, performa Milan justru anjlok, dengan menuai deretan hasil buruk. Akibatnya, Milan 'putus hubungan' dengan pelatih Vicenzo Montella, pada 27 November 2017. Posisi Montella, lalu digantikan oleh Gennaro "Rino" Gattuso (39), legenda Milan dan timnas Italia, yang sebelumnya melatih tim junior AC Milan.

Sekilas, penunjukan Gattuso adalah solusi cepat yang masuk akal. Karena, ia cukup memahami seluk-beluk klub, dan cukup disegani suporter Milan. Maklum, ia pernah memperkuat Milan cukup lama (1999-2012), dan menjadi salah satu pilar Milan era Carlo Ancelotti (2001-2009), yang antara lain sukses meraih 2 gelar Liga Champions Eropa (2002/2003 & 2006/2007). Selain itu, ia adalah pilar timnas Italia, saat juara Piala Dunia 2006.

Tapi, situasinya kini berbeda, mengingat Gattuso adalah pelatih Milan. Memang, sebagai pemain, ia seorang juara. Tapi, sebagai pelatih di level top, Si Badak masih hijau. Apalagi, tim yang ditanganinya sedang bermasalah. Tak heran, di samping optimisme yang muncul, ada juga pesimisme yang merebak. Pesimisme ini sempat terlihat jelas, saat di laga-laga awal bersama Gattuso, laju Milan masih tersendat.

Tapi, Milan akhirnya menemui titik balik, saat menang 1-0 atas Inter Milan di ajang Coppa Italia (28/12). Inilah momentum awal kebangkitan Milan (dan Gattuso). Karena, sejak saat itu Milan tak pernah kalah dalam 13 laga beruntun, dan mulai mampu memperbaiki posisi klasemen di liga. Terkini, mereka sukses mengalahkan Lazio 5-4 (0-0 aet) lewat adu penalti, pada babak semifinal Coppa Italia, (1/3, dinihari WIB). Di final, mereka akan menghadapi Juventus, yang mendepak Atalanta di semifinal. Final Coppa Italia sendiri akan dihelat 9 Mei 2018 mendatang.

Lolosnya Milan ke final Coppa Italia, membuka satu harapan untuk meraih trofi musim ini. Selain Coppa Italia, Milan juga masih akan bertarung, di babak 16 besar Liga Europa. Kebetulan, Milan akan melawan Arsenal, tim raksasa Inggris yang sedang sakit. Mengingat cukup terbukanya persaingan di Liga Europa, tak menutup kemungkinan, Milan akan menjadikan ajang ini, sebagai rute alternatif lolos langsung ke Liga Champions. Terutama, jika mereka gagal lolos lewat jalur klasemen akhir Serie A.

Meningkatnya performa Milan di bawah Gattuso membuktikan, sejauh ini Milan tak salah pilih. Meski berstatus legenda klub, Gattuso tak silau dengan statusnya. Bahkan, ia mulai terbiasa dengan tekanan yang ada. Situasi ini jelas menjadi modal positif bagi Milan, dalam menghadapi sisa musim ini. Jika modal ini mampu dijaga, bukan tak mungkin musim ini akan berakhir manis buat mereka.

Mampukah Milan mewujudkannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun