Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sisi Lain "El Clasico"

23 Desember 2017   10:22 Diperbarui: 23 Desember 2017   10:53 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bicara laga "El Clasico", antara Real Madrid Vs Barcelona, hal-hal yang pasti akan dibahas adalah rivalitas kedua tim, pacuan juara La Liga, adu taktik antarpelatih, dan adu tajam CR7 Vs Messi. Hal-hal ini tak pernah habis untuk dibahas. Bahkan, dengan hanya membahas seputar laga "El Clasico", muncul laga "El Clasico" lain, dalam bentuk debat kusir antarsuporter.

Topik utama yang diperdebatkan, tentu saja soal tim mana yang lebih layak menang di laga ini. Tapi, panasnya tensi laga "El Clasico", sering memicu pro-kontra antarsuporter. Terutama, jika ada insiden pelanggaran di lapangan hijau, atau keputusan wasit yang dianggap kontroversial. Alhasil, muncullah duel-duel lanjutan "El Clasico" skala mini pascalaga, dalam bentuk debat kusir (lagi).

Debat kusir berjilid-jilid inilah, yang membuat "El Clasico" justru tampak menjengkelkan. Pada titik ini, saya justru melihat "El Clasico", sebagai satu perpaduan antara sepak bola, drama telenovela, dan acara diskusi bertema hukum rasa debat kusir. 

Memang, laga ini punya unsur 'bumbu' lain, yakni sebagai simbol pertarungan politik antara Madrid (Spanyol) Vs Catalonia. Tapi, apapun bumbunya, ini adalah sebuah pertandingan sepak bola, selama 90 menit plus "injury time", yang mempertemukan dua tim tersukses di Spanyol, yang sama-sama bertabur bintang. Jadi, "El Clasico" seharusnya adalah duel klasik kelas top, bukan sebatas perang debat kusir antarsuporter.

Pada laga "El Clasico", Sabtu (23/12), saya justru mendapati satu hal yang amat bersahabat, dalam duel yang dihelat di Estadio Santiago Bernabeu ini. Tak seperti biasanya, laga klasik ini dihelat di jam "prime time" waktu Asia (termasuk WIB). 

Padahal, biasanya "El Clasico" dihelat di jam tengah malam/dini hari waktu Asia. Ternyata, ini adalah bagian, dari strategi komersial La Liga, untuk menjangkau pasar global secara lebih luas, sambil mengejar ketinggalan mereka dari EPL, dalam hal popularitas global. 

Duel "El Clasico" dipilih sebagai momentumnya, mengingat laga ini adalah dagangan terlaris La Liga. Di sini, LFP (operator La Liga) ingin mengoptimalkan potensi pendapatan dari "El Clasico", yang selama ini belum dimaksimalkan.

Secara khusus, bagi kita, masyarakat Indonesia, waktu tayang "El Clasico" kali ini, jelas menguntungkan. Karena, kita tak perlu bangun kesiangan, atau bolos beribadah lagi, akibat menonton "El Clasico". 

Sebagai contoh, bagi mereka yang Muslim, tak ada lagi alasan untuk bolos Sholat Subuh. Sedangkan, bagi yang beragama Nasrani (Kristen dan Katolik), tak ada alasan lagi, untuk tak ikut ibadah pagi. Karena, jadwal "El Clasico" kali ini sangat bersahabat. Kalau ternyata mereka masih bangun kesiangan, itu bukan lagi salah "El Clasico".

Praktis, satu-satunya pihak yang tak diuntungkan, dari jam tayang "El Clasico" ini, adalah para pecinta sinetron. Karena, kali ini mereka harus rela mengalah sejenak. Tapi, setidaknya tayangan laga "El Clasico" kali ini, bisa menjadi satu sajian berkualitas, yang belakangan mulai langka di televisi kita.

Terlepas dari bumbu-bumbu rivalitas sengit kedua tim, dan perdebatan yang (sudah dan akan) terjadi, laga "El Clasico" selalu menarik untuk disimak. Sebagai suporter atau penonton, kita hanya perlu menikmati jalannya laga, dan menerima apapun hasilnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun