Di kompetisi kasta teratas liga Indonesia, merekrut pemain asing adalah hal wajar. Jelas, kehadiran pemain asing banyak diharapkan sebuah tim, sebagai pemberi nilai tambah. Nilai tambah itu, bisa berupa kemampuan teknis, atau popularitas.
Memang, pemain asing kerap dijadikan ikon klub, yang diharapkan dapat menambah pemasukan klub. Semakin tinggi profil si pemain asing, semakin besar potensi pemasukan klub. Contoh pemain asing berprofil tinggi di liga Indonesia adalah Michael Essien (eks pemain Chelsea dan timnas Ghana).
Biasanya, pemain asing yang banyak direkrut klub Indonesia, berasal dari Afrika, atau Amerika Selatan. Pertimbangannya, harga pemain dari wilayah ini cukup terjangkau, dan berkualitas. Belakangan, mulai muncul pemain asal Eropa Timur, meski daya tariknya masih kalah, dengan pemain asal Afrika atau Amerika Selatan.
Tapi, Bali United menjadi klub "antimainstream" di antara klub-klub liga Indonesia, khususnya dalam dua musim terakhir. Seperti diketahui bersama, Serdadu Tridatu cenderung lebih suka merekrut pemain asing asal Belanda. Pada Liga 1 musim 2017 lalu, mereka menggaet Nick Van der Velden, dan Sylvano Comvalius. Selain itu, Irfan Bachdim, dan Stefano Lilipaly (pemain naturalisasi kelahiran Belanda) juga didatangkan Bali United.Â
Transfer ini tergolong sukses, karena keempatnya berkontribusi meloloskan Bali United ke Liga Champions Asia 2018.
Menjelang musim kompetisi 2018, taktik transfer "Dutch Connection", kembali dijalankan Bali United. Kali ini, mereka memperpanjang kontrak Nick Van der Velden, dan mendatangkan Kevin Brands dari Almere City (klub kasta kedua liga Belanda) dengan status Bosman (gratis). Mengingat, pemain asal Belanda ini sudah memasuki tahun terakhir masa kontraknya.Â
Sebelumnya, Bali United sudah mendatangkan Demerson (bek, Brasil), eks pemain Chapecoense  (Brasil) dan Sarawak FA (Malaysia). Praktis, kuota tiga pemain asing non-Asia Bali United sudah terisi penuh.
Sekilas, strategi transfer pemain asing Bali United ini terlihat berani, untuk ukuran klub Indonesia. Karena, nilai pasaran kontrak pemain asal Belanda (dan Eropa Barat pada umumnya) cukup mahal, bahkan di luar jangkauan klub Indonesia.Â
Tapi, berkat manajemen yang bagus di semua aspek, termasuk di sektor keuangan, strategi transfer ini sangat masuk akal. Pemasukan dari sektor penjualan tiket, dan merchandise pun terjamin lancar. Maklum, Bali United punya Semeton Dewata yang begitu fanatik.
Ditambah lagi, daya tarik Bali sebagai daerah destinasi wisata kelas dunia. Semua daya tarik ini, jelas membuat pemain asing tertarik merapat. Bermain bola, gaji mengalir lancar, tinggal di Bali pula. Sebuah nikmat paket lengkap, yang belum tentu datang dua kali.
Selain karena faktor teknis, faktor bahasa juga menjadi alasan kunci, di balik strategi "Dutch Connection" Bali United. Karena, mereka mempunyai Irfan Bachdim, dan Stefano Lilipaly, yang fasih berbahasa Belanda. Jadi, Kevin Brands tak akan sulit beradaptasi di Bali, seperti halnya Van der Velden, dan Comvalius musim lalu.