Jika bicara soal La Liga Spanyol, hal pertama, yang umumnya akan langsung diingat banyak orang tentang liga ini, adalah laga El Clasico. Memang, laga klasik satu ini sangat menarik; bertekanan tinggi, bertabur bintang, dan selalu dinanti. Karena, laga ini mempertemukan 2 klub tersukses di Spanyol; Real Madrid adalah tim pemegang gelar La Liga terbanyak (33 gelar), sedangkan Barcelona adalah tim tersukses di Piala Raja Spanyol (29 kali juara), dan pemegang gelar La Liga terbanyak kedua (24 gelar). Ditambah lagi, kedua tim ini sama-sama pernah juara Liga Champions Eropa; Real meraih selusin gelar, dan Barca meraih 5 gelar. Diluar keduanya, belum ada tim Spanyol lain, yang pernah juara Liga Champions Eropa.
Dominasi Real Madrid, dan Barcelona di La Liga begitu kuat, dan itu tercermin jelas, dari prestasi mereka di kompetisi domestik Spanyol. Saking dominannya, kebanyakan orang menilai, La Liga adalah "Liganya Real Versus Barca" dari tahun ke tahun. Karena, kualitas, dan prestasi tim-tim La Liga lainnya tak sekonsisten Duo Clasico ini. Praktis, mereka hanya dianggap sebagai 'pemain pelengkap' La Liga.
Tapi, dari masa ke masa, selalu muncul tim 'pengganggu' dominasi Real-Barca di La Liga. Umumnya, tim ini adalah tim (yang dianggap) terkuat, dari 18 tim La Liga, di luar Real-Barca. Ketangguhan mereka, dinilai mampu mengimbangi kekuatan Duo Clasico. Sekilas, posisi tim 'pengganggu' ini mirip tokoh Robin Hood, yang dikenal antikemapanan. Karenanya, muncul sebutan "La Grande Tercera" (Tim Terkuat Ketiga), bagi tim manapun di La Liga, yang mampu mengganggu dominasi kedua tim ini.
Dilihat dari waktunya, tim La Liga pertama, yang pernah disebut sebagai "La Grande Tercera", adalah Athletic Bilbao. Karena, mereka adalah tim pemegang gelar Piala Raja Spanyol terbanyak kedua (23 gelar), dan memegang 8 gelar La Liga. Selain itu, bersama Duo Clasico, "Los Leones" (Si Singa), adalah tim yang belum pernah terdegradasi dari La Liga, sejak kompetisi ini mulai bergulir musim 1928/1929. Tapi, sejak terakhir kali juara liga musim 1983/1984, prestasi Bilbao cenderung stagnan hingga kini. Praktis, kini mereka hanya fokus menjaga tradisi tanpa degradasi di liga. Selebihnya, Athletic hanya dianggap sebagai "tim klasik penjaga tradisi", yang konsisten mengandalkan pemain lokal asal Provinsi Basque, daerah asal mereka. Alhasil, tim-tim lain muncul secara bergantian, sebagai "La Grande Tercera".
Setelah Bilbao 'lengser', pada dekade 1990-an, muncul dua tim tangguh, yang secara bergantian menjadi "La Grande Tercera". Mereka adalah Atletico Madrid, dan Deportivo La Coruna. Kedua tim ini, sama-sama mampu mengganggu dominasi Duo Clasico, dengan materi tim yang oke. Atletico dilatih Radomir Antic (Serbia), dan diperkuat Diego Simeone (pelatih Atletico saat ini). Sedangkan, Deportivo diperkuat duet penyerang Brasil, yakni Rivaldo dan Bebeto.
Menariknya, dari kedua tim ini, Atleti-lah yang berhasil meraih juara La Liga pada dekade 1990-an, tepatnya, pada musim 1995/1996. Sementara itu, Deportivo baru bisa meraih gelar liga, pada musim 1999/2000, saat dilatih Javier Irureta, dan diperkuat duet Diego Tristan-Roy Makaay di lini depan. Ironisnya, pada musim yang sama, Atleti turun kelas ke Divisi Segunda.
Memasuki dekade 2000-an, terdegradasinya Atletico, lalu memunculkan Valencia, sebagai tim "La Grande Tercera" baru di La Liga. Dengan dimotori Pablo Aimar, Roberto Ayala, dan Gaizka Mendieta, Los Che arahan Hector Cuper mampu menembus final Liga Champions musim 1999/2000 dan 2000/2001. Setelah kedatangan Rafael Benitez tahun 2001, Valencia menegaskan statusnya sebagai "La Grande Tercera", dengan meraih 2 gelar La Liga (2001/2002, dan 2003/2004) plus 1 gelar Piala UEFA/Liga Europa (2003/2004).
Sayang, setelahnya, Valencia mengalami naik-turun prestasi, seperti halnya Deportivo La Coruna. Bahkan, Deportivo sempat terdegradasi dari Divisi Primera La Liga pada musim 2010/2011, dan 2012/2013. Praktis, sejak kembali bermain di kasta teratas, musim 2014/2015 hingga kini, Deportivo La Coruna hanya memasang target minimal tak degradasi, tak seperti dulu. Kolapsnya dua tim ini, membuat Duo Clasico leluasa mendominasi La Liga.
Setelah sempat kosong selama beberapa tahun, pada dekade terkini, akhirnya muncul lagi klub "Grande Tercera", yakni Atletico Madrid. Di bawah arahan Diego Simeone, Atleti muncul sebagai lawan tangguh bagi Duo Clasico. Raihan gelar La Liga musim 2013/2014 plus dua kali menembus Final Liga Champions Eropa (musim 2013/2014 dan 2015/2016), mempertegas status mereka sebagai klub "La Grande Tercera" La Liga saat ini.
Meski kerap berganti klub, klub berpredikat "La Grande Tercera" terbukti selalu mampu memberi perlawanan sengit bagi dominasi Real-Barca di La Liga. Kehadiran 'orang ketiga' inilah, yang justru membuat La Liga tampak lebih menarik. Setidaknya, kehadiran tim "La Grande Tercera" di La Liga membuktikan, meski bertabur bintang, Duo Clasico bukan tim yang tak bisa dikalahkan, dan pertarungan di La Liga bukan hanya El Clasico.