Mengawali musim dengan optimisme, tapi kini terperosok di zona merah. Itulah gambaran performa Everton di EPL sejauh ini. Padahal, Everton menyongsong musim 2017/2018 dengan penuh keyakinan. Karena, musim sebelumnya, mereka finis di posisi 7, dan lolos ke Liga Europa, dibawah arahan pelatih Ronald Koeman (eks pemain timnas Belanda).
Ditambah lagi, meski kehilangan Romelu Lukaku (pindah ke Manchester United), Everton sukses mendatangkan pemain macam Michael Keane (bek), Jordan Pickford (kiper), Gylfi Sigurdsson (gelandang), Sandro Ramirez, dan Wayne Rooney (penyerang). Aktifnya Everton di bursa transfer, mengundang keyakinan, bahwa Everton akan berbicara banyak di musim ini. Apalagi, mereka masih ditangani Koeman, yang sebelumnya juga cukup sukses di EPL, saat melatih Southampton.
Awalnya, semua terlihat menjanjikan.  Everton mampu melupakan kepergian Lukaku, berkat gol tunggal Wayne Rooney ke gawang Stoke di pekan pembuka EPL. Bahkan, Everton mampu menjadi tim  pertama (dan masih satu-satunya) musim ini, yang mampu mencuri poin di kandang Manchester City sejauh ini.
Sayang, 7 laga Everton berikutnya di EPL berubah menjadi mimpi buruk. Everton hanya mampu menang sekali dan imbang sekali. Selebihnya mereka kalah, termasuk kalah 2-5 di tangan Arsenal, Minggu (22/10) lalu. Situasi buruk ini diperparah, dengan performa jeblok mereka, di fase grup Liga Europa. Di mana, Everton hanya mampu mencatat satu hasil imbang (2-2 versus Apollon), dan 2 kekalahan (0-3 dari Atalanta, dan 1-2 dari Olympique Lyon).
Rentetan hasil buruk itu, membuat Everton terdampar di posisi 18 klasemen sementara EPL, batas atas zona degradasi, dan terancam tersingkir dini di Liga Europa. Ini jelas sebuah bencana, bagi sebuah tim yang punya target awal bersaing di papan atas EPL. Apalagi, di bursa transfer musim panas lalu, seperti dilansir goal.com, Everton sudah menggelontorkan total dana belanja sebesar 142 juta pounds (sekitar Rp 2,2 triliun). Ini jelas sebuah kerugian besar.
Akibatnya, pada Senin (23/10) lalu, Koeman dipecat dari jabatannya. Nama David Moyes (eks pelatih Everton asal Skotlandia) lalu muncul sebagai kandidat kuat pengganti Koeman. Memang, Moyes sempat menjalani periode sukses di Everton, sebelum akhirnya gagal di Manchester United, dipecat Real Sociedad, dan terdegradasi dari EPL bersama Sunderland. Sebuah periode penuh kesialan baginya.
Sementara itu, Koeman (kembali) dikaitkan, dengan kursi pelatih timnas Belanda. Maklum, kursi pelatih Tim Oranye saat ini sedang kosong, usai ditinggal Dick Advocaat, yang gagal meloloskan Belanda ke Piala Dunia 2018. Koeman, dengan sejumlah pengalaman bermain, dan melatihnya, dengan posisi saat  ini berstatus tanpa klub, dianggap sebagai kandidat ideal. Jika akhirnya Koeman melatih timnas Belanda, ia akan mengikuti jejak Marco Van Basten, dan Frank Rijkaard, rekan setimnya di timnas Belanda dulu, yang sempat menjadi pelatih Tim Oranye.
Sekilas, situasi ini terlihat unik. Karena, "sad ending" Koeman di Everton, justru berpeluang menjadi momen kembalinya Moyes ke Everton, setelah 4 tahun lamanya berpisah. Boleh jadi, para fans Everton akan terjebak nostalgia, jika Moyes betul-betul kembali ke Goodison Park. Apalagi, ia sudah cukup familiar, dengan atmosfer ruang ganti Everton. Tapi, catatan negatif karir melatihnya, setelah hengkang dari Everton, menjadi perhatian tersendiri.
Menarik ditunggu, bagaimana kiprah Koeman dan Everton selanjutnya, setelah keduanya kini resmi berpisah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H