Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kala Sepak Bola Nasional Hormati Huda

17 Oktober 2017   10:44 Diperbarui: 17 Oktober 2017   10:46 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Minggu (15/10) lalu, Persela Lamongan sukses menang 2-0 atas tim tamu Semen Padang. Kemenangan ini diraih, setelah gol Saddil Ramdani, dan Jose Coelho, tak mampu dibalas Tim Kabau Sirah. Alhasil, peluang Persela bertahan di Liga 1 makin terbuka.

Sayang, kemenangan ini harus dibayar mahal, dengan wafatnya Choirul Huda (38), kiper sekaligus kapten tim mereka. Huda meninggal di Rumah Sakit Dr Soegiri Lamongan, akibat mengalami gagal nafas, dan gagal fungsi organ tubuh, setelah secara tak sengaja berbenturan dengan bek Ramon Rodriguez, saat berusaha mengamankan bola, di menit akhir babak pertama.

Alhasil, sukacita setelah menang atas Semen Padang, berubah menjadi dukacita. Karena, saat laga berakhir, Huda meninggal dunia. Kabar itu begitu memukul segenap tim Laskar Joko Tingkir. Sejumlah pemain tampak menangis tersedu-sedu, karena kehilangan sosok panutan mereka. Tragedi ini, sungguh tak disangka-sangka. Jenazah Huda sendiri, lalu dimakamkan di Lamongan, pada hari yang sama.

Tragedi meninggalnya Huda, memantik simpati, dari dalam, dan luar negeri. Di dalam negeri, ungkapan belasungkawa datang, dari berbagai pihak, mulai dari Letjen Edy Rahmayadi (ketum PSSI), Imam Nahrawi (Menpora), sampai masyarakat biasa, kompak mendoakan Huda, dan keluarga yang ditinggalkan. Dari luar negeri, FIFA, dan media-media asing, seperti The Sun, dan Talksport pun turut memberitakan, dan mengucapkan belasungkawa. Nama Huda benar-benar mendunia, justru saat ia tiada. Tragis.

Menyusul wafatnya Choirul Huda, manajemen Persela, pada Senin (16/10) lalu, memutuskan, untuk mempensiunkan nomor punggung 1 milik Huda. Karena, sepanjang karir profesionalnya (1999-2017), putra daerah Lamongan ini hanya membela Persela. Dalam hal raihan trofi, meski tak pernah juara liga, Huda sukses mempersembahkan 5 gelar Piala Gubernur Jawa Timur (2003, 2007, 2009, 2010, dan 2012), untuk Persela. Selain itu, ia sudah menjadi bagian tim, sejak Persela masih bermain di kompetisi kasta bawah. Sebuah dedikasi yang luar biasa.

Tak ketinggalan, PSSI juga akan mengadakan seremoni khusus, untuk menghormati Huda, pada pekan ke 30 Liga 1. Rencananya, sebelum pertandingan berlangsung, akan dilakukan hening cipta, dengan semua pemain mengenakan seragam warna kuning bertuliskan nama Huda. Jelas, tragedi ini, justru menjadi pemersatu, ditengah segala kekisruhan yang ada di sepak bola nasional.

Selama aktif bermain, Huda enggan disebut sebagai legenda. Tapi, kematiannya justru mempertegas status tersebut. Melalui sosok Huda pula, kita dapat melihat dengan jelas; seorang legenda, tak hanya dilihat dari jumlah trofi yang diraih, tapi juga dari dedikasi, dan keteladanan yang ia berikan untuk timnya.

Selamat jalan, Legenda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun