Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ironi Timnas Kamerun

5 September 2017   14:16 Diperbarui: 5 September 2017   18:12 1869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal timnas sepak bola Kamerun, jelas tak bisa lepas dari prestasi yang diraihnya. Di level benua, mereka adalah juara Piala Afrika 5 kali, dengan yang terkini diraih tahun 2017. Di level dunia, mereka pernah meraih medali emas Olimpiade tahun 2000, plus menembus perempat final Piala Dunia 1990.

Timnas Kamerun sendiri, tercatat sebagai negara Afrika yang paling sering tampil di Piala Dunia, yakni sebanyak 8 kali (1982, 1986, 1990, 1994, 1998, 2002, 2010, dan 2014). Sebuah catatan prestasi yang membanggakan. Meskipun, mereka sering tersingkir di fase grup Piala Dunia.

Tapi, kebanggaan itu tercoreng dengan sebuah catatan minor. Timnas Kamerun dipastikan gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Kegagalan ini didapat, setelah Tim Singa Perkasa ditahan imbang tim tamu Nigeria 1-1, Senin (4/9), waktu Kamerun. Dengan hasil ini, Kamerun (nilai 3 dari 4 laga) dipastikan tak akan bisa menyalip posisi Nigeria (nilai 10 dari 4 laga) di puncak. Karena, pertandingan yang tersisa hanya tinggal 2 laga, dengan tambahan nilai maksimal 6, jika mampu disapu bersih.

Sementara itu, peluang 2 tim lainnya, yakni Aljazair (nilai 1), dan Zambia (nilai 4) masih terbuka. Karena, keduanya sama-sama masih bermain sebanyak 3 kali. Sebagai informasi, hanya tim juara grup, yang akan lolos ke Rusia. Pada babak akhir Pra Piala Dunia 2018 Zona Afrika, terdapat 20 negara peserta, yang dibagi ke dalam 5 grup berisi 4 tim. Mereka bersaing memperebutkan 5 tiket ke Rusia.

Kembali ke timnas Kamerun, kegagalan ini menjadi yang kedua setelah edisi 2006. Hanya, situasi dua kegagalan ini berbanding terbalik. Saat gagal lolos ke Piala Dunia 2006, Kamerun (yang kala itu diperkuat Samuel Eto'o), kalah bersaing dengan Pantai Gading (yang kala itu diperkuat Didier Drogba). Pada prosesnya, kedua tim bersaing ketat hingga laga terakhir kualifikasi.

Sedangkan, pada kegagalan kali ini, timnas Kamerun bagai tanpa daya. Karena, dalam 4 laga yang sudah dijalani, mereka hanya mampu bermain imbang 3 kali, dan kalah 0-4 saat dijamu Nigeria. Ironisnya, kegagalan ini diraih, saat mereka berstatus Juara Afrika. Ironi ini semakin lengkap, karena prestasi kontradiktif ini, sama-sama diraih di tahun 2017.

Aroma kegagalan ini, sebenarnya sudah tercium, sejak Samuel Eto'o pensiun dari timnas, usai Piala Dunia 2014. Kepergian Eto'o menyisakan lubang besar di lini depan timnas Kamerun. Karena, mereka tak lagi punya sosok penyerang berkualitas yang disegani.

Padahal, timnas Kamerun selama ini dikenal sangat bergantung, pada sosok penyerang kelas dunia, sebagai senjata utama. Seperti kita ketahui, sebelum Eto'o mulai memperkuat timnas Kamerun di Piala Dunia 1998, Kamerun mempunyai penyerang hebat dalam diri Roger Milla, yang memperkuat timnas Kamerun, sampai Piala Dunia 1994.

Kapabilitas Vincent Aboubakar, yang kini mengisi peran Eto'o, masih belum selevel seniornya itu. Terbukti, pada ajang Piala Afrika 2015, yang dihelat di Gabon dan Guinea Khatulistiwa, timnas Kamerun langsung tersingkir di fase grup. Sebuah prestasi buruk, untuk ukuran tim raksasa sepak bola Afrika.

Memang, kekhawatiran itu sempat terbantah, seiring kesuksesan timnas Kamerun menjuarai Piala Afrika 2017 di Gabon. Tapi, meski sukses di level benua, kapabilitas tim asuhan Hugo Broos ini masih belum siap, untuk bersaing di level yang lebih tinggi (baca: Piala Dunia). Terbukti, mereka gagal lolos ke Rusia tahun depan. Praktis, dengan kegagalan ini, timnas Kamerun akan mengalihkan fokusnya ke ajang Piala Afrika 2019, yang kebetulan akan dihelat di kandang sendiri.

Kegagalan timnas Kamerun ini, memberi sebuah pelajaran berharga; mempunyai seorang pemain bintang adalah sebuah nilai tambah yang menguntungkan bagi sebuah tim. Tapi, jika terlalu bergantung pada seorang bintang, ketergantungan itu akan merugikan. Apalagi, jika sang bintang tersebut absen atau pensiun. Karena, sepak bola adalah olahraga tim. Sehebat apapun kemampuan seorang pemain bintang, ia tak akan mampu menentukan hasil laga seorang diri, tanpa bantuan rekan-rekan setimnya di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun