Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inovasi Ekstrim ala Liga Super Tiongkok

21 Juni 2017   00:18 Diperbarui: 21 Juni 2017   00:32 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak beberapa tahun terakhir, Liga Super Tiongkok (CSL) menjadi tujuan favorit, bagi para pemain bintang, baik yang masih dalam usia produktif (misal; Oscar dan Axel Witsel), maupun yang memasuki usia senja (misal Carlos Tevez dan Ezequiel Lavezzi). Tak hanya itu, CSL juga menjadi tempat singgah pelatih sekaliber Manuel Pellegrini (kini pelatih Hebei China Fortune), dan Fabio Capello (kini pelatih Jiangsu Suning), dua pelatih yang sama-sama pernah melatih klub Real Madrid.

Jika dilihat dari kualitas level permainan saat ini, kompetisi CSL jelas belum sebanding dengan liga-liga top Eropa, misal EPL, La Liga, dan Serie A. Tapi, kuatnya daya beli klub CSL, menjadi daya tarik tersendiri. Karena, mereka tak segan menggelontorkan dana belanja besar-besaran, dan memberi gaji jauh di atas rata-rata gaji di liga-liga top Eropa. Daya tarik inilah, yang membuat CSL terlihat spesial. Bagaimanapun, mendapat gaji tinggi, dari pekerjaan yang tak terlalu sulit, adalah sebuah kesempatan sangat langka.

Kekuatan belanja klub CSL, tak lepas dari sokongan para konglomerat lokal, yang berlomba-lomba menyuntikkan dana, ke klub-klub CSL, atas ajakan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang mencanangkan proyek 'percepatan pembangunan' sepak bola Tiongkok. Supaya, Tiongkok dapat menjadi raksasa sepak bola dunia, dalam waktu 10-15 tahun ke depan.

Kuatnya tenaga 'Mesin uang' klub-klub CSL, mampu membuat klub-klub Eropa was-was. Tiap kali bursa transfer datang, kuatnya godaan fulus dari Timur Jauh, adalah ujian iman tersendiri, bagi klub, dan para pemain yang diincar. Kadang, klub harus merelakan si pemain pergi, karena tawaran yang didapat terlalu bagus untuk ditolak. Seperti dialami Chelsea, saat melepas Oscar ke Shanghai SIPG pada pertengahan musim 2016/2017, dengan bayaran 60 juta pounds. Dengan status Oscar sebagai pemain cadangan, tawaran semacam itu belum tentu datang dua kali.

Tapi, pada bursa transfer musim panas CSL, yang berlangsung antara 19 Juni-14 Juli 2017, frekuensi transfer gila-gilaan semacam itu akan berkurang. Karena, CFA (PSSI-nya Tiongkok), selaku penanggung jawab kompetisi, mulai memberlakukan aturan baru; menetapkan pajak sebesar 100%, untuk setiap transfer pemain asing, yang nantinya akan masuk ke kas negara. Asumsinya pun jelas; klub yang berani royal dalam berbelanja, (seharusnya) juga mampu taat membayar pajak. Sekilas ini mirip dengan pajak barang mewah di Indonesia, hanya saja, besaran persentase nilai pajaknya berbeda.

Sehingga, jika misal sebuah klub menggaet pemain asing seharga 50 juta pounds, klub itu harus mengeluarkan total biaya sebesar 100 juta pounds. Rinciannya; 50 juta pounds untuk membayar biaya transfer, dan 50 juta pounds untuk membayar pajak transfer pemain. Bisa dibilang, ini adalah aturan inovatif yang sangat ekstrim.

Jika dilihat lebih jauh, sebetulnya inovasi ekstrem di CSL ini justru akan menguntungkan. Karena, klub-klub CSL tidak akan lagi berbelanja pemain sekalap Miss Jinjing seperti dulu. Sehingga, angka kerugian, dan potensi utang klub tidak terus meningkat. Sehingga, klub terhindar dari potensi kebagkrutan di masa depan.

Regulasi baru ini, secara tidak langsung, juga akan mengarahkan klub, untuk intens menggunakan dananya, dalam membina pemain muda, sambil meningkatkan kualitas sarana pendukung yang ada,  dan dengan mendatangkan tenaga ahli (misal tim pelatih) berkualitas. Opsi ini akan jauh lebih hemat, dan bermanfaat untuk jangka panjang, dibanding berbelanja pemain dengan harga mahal, yang hanya bermanfaat untuk jangka pendek. Dari sinilah, tim nasional berkualitas akan muncul.

Inovasi ekstrim ala CSL ini, adalah antitesis dari gaya belanja boros klub-klub CSL selama ini, dan berpotensi mengurangi daya tarik utama kompetisi CSL di mata pemain asing. Meski begitu, regulasi ini dapat menjadi momentum positif, bagi pembangunan sepak bola di Tiongkok. Inovasi ekstrim CSL ini membuktikan; kadang, sesuatu yang terlihat buruk dari luar, sebenarnya mempunyai isi yang baik di dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun