Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

RB Leipzig, Dilema di Tengah Prestasi

19 April 2017   11:43 Diperbarui: 19 April 2017   13:38 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemenangan 4-0 atas Freiburg, Sabtu (15/4) lalu, menjadi kemenangan bersejarah bagi RB Leipzig. Karena, mereka memastikan diri lolos, ke Liga Champions Eropa pertama kalinya dalam sejarah klub. Kepastian ini didapat, setelah Hertha Berlin (tim peringkat 5), kalah 0-1 dari FSV Mainz, Sabtu (15/4). Dengan 5 laga tersisa, secara matematis, RB Leipzig memastikan satu tempat, di 4 besar klasemen Bundesliga. Nilai mereka (61), takkan terkejar oleh Hertha Berlin (43).

Tapi, masalah muncul, karena adanya regulasi UEFA. Terutama jika RB Salzburg (Austria) juga lolos ke Liga Champions Eropa musim depan. Karena, aturan dari UEFA pasal 5, melarang dua klub yang dimiliki/dikelola oleh satu sponsor, organisasi, atau orang yang sama terlibat di satu kompetisi yang sama di Eropa. Dalam hal ini, RB Salzburg dan RB Leipzig sama-sama dimiliki, dan dikelola Red Bull.

Sehingga, muncul dilema, mana yang harus dikorbankan, untuk tidak tampil di Eropa. Kemungkinan ini cukup terbuka, karena saat ini; RB Salzburg memuncaki klasemen sementara Liga Austria, dengan nilai 65 dari 29 laga, unggul 14 poin dari Sturm Graz (51). Peluang juara mereka cukup terbuka, karena Liga Austria tinggal menyisakan 7 laga (Liga Austria diikuti 10 tim, dengan sistem 4 putaran, atau 4x9). Juara Liga Austria sendiri, berhak lolos ke babak kualifikasi Liga Champions.

Dalam konteks kompetisi, pasal 5 regulasi UEFA ini, bertujuan mencegah potensi pengaturan skor, dan praktek kartel dalam sepakbola. Tapi, pada saat yang sama, berhubung mereka sudah terlanjur terjebak, dalam situasi ini, perlu ada tindakan.

Agaknya, Red Bull bisa meniru langkah yang diterapkan Roman Abramovich, pemilik Chelsea (Inggris), dan CSKA Moskwa (Rusia). Ketika itu, tak lama setelah membeli Chelsea tahun 2003, Abramovich mem-'balik nama'-kan kepemilikan CSKA Moskwa, kepada Sibneft, perusahaan minyak miliknya. Sehingga, meski sebetulnya sama-sama dimiliki Abramovich, kedua klub ini tidak terkena larangan tampil, jika sama-sama lolos, ke Liga Champions. Karena, keduanya dimiliki/dikelola dua pihak berbeda.

Alternatif lainnya, mereka bisa meniru langkah keluarga Pozzo (Italia), yang memiliki klub Udinese (Italia), Granada CF (Spanyol), dan Watford (Inggris). Ketiga klub ini, dikelola tiga pihak berbeda; Giampaolo Pozzo (ayah) di Udinese, Gino Pozzo (anak) di Watford, dan Quique Pina (orang kepercayaan Giampaolo Pozzo). Dengan nama pemilik, sekaligus pengelola yang berbeda, tak akan jadi masalah, jika misal suatu saat, ketiga klub ini sama-sama lolos, ke Liga Champions, atau Liga Europa.

Akankah RB Leipzig benar-benar tampil, di ajang Liga Champions musim depan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun