Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Naik-Turun La Masia

6 Februari 2017   00:07 Diperbarui: 6 Februari 2017   00:10 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

La Masia de Can Planes, atau yang lebih dikenal dengan nama La Masia, adalah akademi sepakbola klub FC Barcelona (Spanyol). Pada awalnya, akademi sepakbola Barca ini, adalah akademi yang tidak digarap dengan serius. Karena, El Barca menerapkan kebijakan belanja pemain bintang, seperti Real Madrid, rival abadi mereka. Padahal, sumber dana mereka tidak sekuat El Real. Alhasil, pemain bintang yang datang, selalu jadi tumpuan utama. 

Mulai dari Ladislao Kubala, dan Zoltan Czibor (1950-1960an), Johan Cruyff (1970-an), sampai Diego Maradona (awal 1980-an), datang silih berganti. Tapi, kualitas mereka, tidak didukung secara memadai, oleh pemain dari akademi. Ketimpangan inilah, yang membuat El Barca sulit bersaing secara konsisten, dengan El Real di Spanyol. Di Eropa, mereka juga sulit bersaing. Sebelum mereka juara Liga Champions Eropa pertama kali tahun 1992 saja, mereka hanya mampu menjadi finalis tahun 1961, dan 1986, setelah kalah, dari Benfica (Portugal), dan Steaua Bucuresti (Rumania).

La Masia baru mendapat perhatian pada tahun 1979, setelah Johan Cruyff (pemain Barca 1973-1978), menyarankan kepada Presiden klub, Josep Lluis Nunez, agar Barca mulai memperhatikan pembinaan pemain muda, yang terintegrasi, dan memiliki sistem yang jelas. seperti di klub Ajax Amsterdam (Belanda). Ketika itu, hasil binaan akademi Ajax (termasuk Cruyff), memang terbukti ampuh, dengan Ajax mendominasi sepakbola Belanda, dan Eropa, pada awal 1970-an. 

Cruyff memandang, perlunya pendekatan berbeda, agar Barca bisa konsisten. Karena, kebijakan klub selama ini, terbukti membuat klub menjadi inkonsisten. Selain itu, klub dianggap hanya mewakili ambisi orang Catalan, tapi justru tidak melibatkan orang Catalan itu sendiri. Saran Cruyff ini, lalu ditindaklanjuti, dengan pembentukan akademi La Masia. Kebijakannya pun sangat Catalan-sentris; pemain asal provinsi Catalan diprioritaskan masuk tim utama. Tapi, jika ada pemain asal provinsi atau negara lain, dengan bakat diatas rata-rata, mereka dapat masuk tim utama.

La Masia, baru mulai berbuah, saat Cruyff melatih Barca (1988-1996). Dengan pendekatan yang lebih mengedepankan teknik, daripada fisik, dalam balutan sepakbola menyerang, Barca mampu mendominasi Liga Spanyol (1990/1991-1993/1994). Di Eropa, Barca akhirnya mampu menjuarai Liga Champions Eropa tahun 1992, setelah mengalahkan Sampdoria 1-0 di final. Josep Guardiola, gelandang tengah berpostur kurus, menjadi representasi La Masia, yang mampu berpadu sempurna, dengan pemain bintang macam Romario, dan Ronald Koeman, pada era Cruyff ini.

Tapi, setelah era Cruyff, La Masia, seperti terpinggirkan. Memang, pemain bagus bermunculan, dari La Masia, tapi, Barca lebih memprioritaskan belanja pemain bintang. Akibatnya, pemain-pemain dari akademi ini, terpaksa berkarir, di klub lain. Kalaupun ada yang bisa masuk tim senior, mereka masih harus bersabar, untuk bisa menjadi pemain inti. Awalnya, strategi ini terlihat menjanjikan. Sejak dimulai pada periode pertama Louis Van Gaal di Barca, gelar juara berhasil didapat, diantaranya, Juara La Liga 1997/1998 dan 1998/1999.

Setelahnya, kebijakan belanja pemain jadi ini, berubah menjadi bencana, setelah para pemain jadi ini, justru tampil buruk. Akibatnya, Barca krisis prestasi. Mereka nirgelar selama 5 musim beruntun (1999/2000-2003/2004). Sialnya, para pemain 'buangan' yang sempat dianggap gagal di akademi, atau di tim senior, justru sukses di klub lain. Seperti dialami Pepe Reina, dan Mikel Arteta. Mirisnya, para pemain muda yang dianggap potensial, juga tak diberi cukup ruang untuk berkembang, dan bersinar di klub. Mereka justru bersinar di klub lain, seperti dialami Cesc Fabregas, dan Jordi Alba. Padahal, mereka sudah dilatih, sejak masih kanak-kanak.

Menyadari kekeliruan itu, Barca di era Frank Rijkaard (2003-2008), mulai menjadikan pemain lulusan La Masia, sebagai pilar tim, bersama pemain bintang, yang dibeli klub. Seperti pada era Cruyff dahulu. Di era ini, pemain seperti Carles Puyol, Messi, Xavi, Iniesta, dan Valdes (lulusan La Masia), mampu berpadu-padan, dengan pemain bintang macam Eto'o, Ronaldinho, dan Edmilson. Hasilnya, Barca mampu menjuarai La Liga (2004/2005 dan 2005/2006) dan Liga Champions Eropa (2006).

Pola kolaborasi ini, dilajutkan pada era Pep Guardiola (2008-2012), dan Tito Villanova (2012-2013). Dipromosikannya Pedro Rodriguez, Thiago Alcantara dan Sergio Busquets, plus digaetnya pemain bintang, macam Dani Alves, dan Seydou Keita, membuat Barca begitu dominan. Dalam periode ini, Barca mampu melampaui prestasi era Cruyff di Eropa, dengan meraih 2 gelar Liga Champions Eropa (2009 dan 2011). Uniknya, pada periode ini, Barca juga "memulangkan" 3 alumni La Masia, yang sukses di klub lain; Gerard Pique, Cesc Fabregas, dan Jordi Alba. Ketiganya ditebus dengan ongkos jauh lebih besar, daripada saat mereka pindah dulu.

Belakangan, Barca kembali gencar berbelanja pemain bintang. Karena kran produksi pemain di La Masia macet. Masalah ini, muncul karena imbas embargo transfer FIFA, akibat pelanggaran regulasi kontrak pemain muda. Selain dilarang berbelanja pemain selama tahun kalender 2015, tim muda El Barca juga ditangguhkan, dari kompetisi usia muda di Spanyol, selama setahun. Imbasnya, perkembangan pemain muda terhambat sejenak. Awalnya, itu tak berpengaruh pada prestasi tim. 

Bahkan mereka mampu meraih treble winner (2015), disusul double winner (2016). Tapi, musim ini, performa Barca cenderung menurun. Cedera yang beberapa kali dialami Andres Iniesta (32), sang dirigen permainan, menjadi salah satu penyebabnya. Peran Iniesta, belum tergantikan, memasuki usia senja karirnya. Praktis, Barca hanya bisa berharap, keran produksi pemain La Masia bisa segera kembali normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun