Tahun 2017, berawal tidak mengenakkan, bagi Barcelona. Setelah mereka kalah 2-1 melawan Athletic Bilbao, di Stadion San Mames, pada leg pertama babak 16 besar Piala Raja Spanyol (5/1, waktu Spanyol). Meski masih ada leg kedua, di Nou Camp, hasil ini terasa tidak mengenakkan. Karena, dalam laga ini, Bilbao sempat hanya menyisakan sembilan pemain, di 10 menit tersisa, akibat kartu kuning kedua, yang diterima Ander Iturraspe, dan Raul Garcia.
Performa muram ini berlanjut, saat mereka bermain imbang 1-1, melawan Villareal, di kandang Villareal. Di laga ini, Barca nyaris kembali tumbang, andai Messi tidak mencetak gol, di menit-menit akhir. Akibatnya, mereka tertinggal 5 poin, dari Real Madrid, yang sehari sebelumnya menang 5-0, melawan Granada. Situasi makin menguntungkan Real Madrid, karena mereka mempunyai tabungan satu laga tunda, melawan Valecia, tim yang sedang terpuruk di papan bawah. Laga tunda  ini didapat, karena Real Madrid harus tampil, di Piala Dunia Antarklub bulan Desember lalu, sebagai Juara Eropa.
Dari segi performa pemain, hanya Messi seorang, yang performanya stabil. Si Kutu mampu mencetak masing-masing satu gol, ke gawang Bilbao, dan Villareal. Sementara itu, partnernya di lini depan, Luis Suarez, dan Neymar, sama-sama masih mejan. Di lini tengah, Andres Iniesta seperti bekerja sendirian, karena masih absennya Ivan Rakitic. Akibatnya, daya serang Blaugrana, tidak setajam sebelumnya.
Masalah ini makin lengkap, dengan masih rapuhnya lini pertahanan mereka, terutama di sisi kanan. Barca masih kesulitan mencari pengganti sepadan Dani Alves, yang hengkang ke Juventus. Sergi Roberto, yang diplot menggantikan Alves, justru menjadi titik lemah pertahanan tim. Ditambah lagi, performa Marc Andre Ter Stegen di bawah mistar, masih inkonsisten.
Di pos pelatih, sosok Luis Enrique tak luput dari sorotan. Selain karena performa tim yang naik-turun musim ini, permasalahan lain muncul, dari kontrak Enrique. Sejauh ini, belum ada kejelasan mengenai, apakah kontraknya diperpanjang atau tidak. Padahal, kontrak Enrique, akan berakhir, musim panas 2017 mendatang. Situasi ini, membuat sejumlah nama mengemuka, sebagai calon pengganti; ada Ernesto Valverde (Bilbao), Eusebio Sacristian (Real Sociedad), Jorge Sampaoli (Sevilla), Ronald Koeman (Everton), Frank de Boer (tanpa klub), dan Juan Carlos Unzue (asisten pelatih saat ini).
Dari segi taktik, para pelatih ini, sama-sama menganut sepakbola menyerang. Selain Sampaoli, kandidat-kandidat lainnya, adalah mantan pemain, dan staf pelatih Barca (kecuali de Boer, dan Valverde). Jika melihat pola rekrutmen pelatih di Barcelona, sejak dimulainya era Pep, maka para mantan pemain inilah, yang berpotensi besar duduk, di kursi pelatih Azulgrana. Tapi, Sampaoli tidak lantas dicoret begitu saja. Dengan gaya bermainnya, yang menyerang, bukan tidak mungkin, jika pelatih plontos dan bertato asal Argentina ini, mampu mengikuti jejak Gerardo "Tata" Martino, Argentino yang melatih Barca, musim 2013/2014 silam.
Performa minor El Barca, di awal tahun 2017 ini, membawa mereka ke sebuah titik persimpangan; di lapangan, dan area teknis. Di lapangan, mereka dihadapkan pada pilihan; berbenah, atau semakin tertinggal. Sedangkan di area teknis, mereka dihadapkan pada pilihan; mempertahankan (baca; memperpanjang kontrak Enrique), atau mengganti pelatih. Menarik ditunggu, apa langkah mereka selanjutnya. Mampukah El Barca bangkit?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H