Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Habis Leicester Terbitlah Leipzig

14 Desember 2016   07:27 Diperbarui: 14 Desember 2016   08:24 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini, tahun 2016 tergolong minim kejutan di sepakbola tingkat antarklub Eropa, ini terlihat dari masih dominannya sejumlah "penguasa lama" di liga-liga top Eropa musim 2015/2016 lalu; Juventus di Serie A Italia, Barcelona di La Liga Spanyol, Bayern Munich di Bundesliga, plus, dominasi klub-klub Spanyol di kompetisi  antarklub Eropa (Liga Europa & Liga Champions Eropa), dengan Sevilla, dan Real Madrid, yang masing-masing menjadi juara di kedua ajang tersebut. Tren dominasi tersebut membuktikan betapa bagusnya kualitas para tim juara diatas,  baik secara taktik maupun teknik. Tetapi, minimnya kejutan pada musim lalu menyisakan sebuah pertanyaan; Apakah kejutan sudah pergi dari sepakbola?

Tetapi, syukurlah, meski minim kejutan,  kejutan yang muncul adalah kejutan luar biasa. Diawali dari Liga Primer Inggris, dimana Leicester City menjadi juara liga, dengan materi tim yang pas-pasan. Si Rubah -dan Tottenham Hotspur-  berhasil memanfaatkan situasi limbung yang sedang dialami tim-tim unggulan tradisional ketika itu; Arsenal, dan duo Manchester (City dan United) yang inkonsisten, dan Chelsea, yang kolaps. Capaian juara Leicester ini mirip kisah dongeng, karena pada musim sebelumnya, mereka lama berkutat di dasar klasemen, sebelum akhirnya lolos dari degradasi di akhir musim.

Kejutan lain yang muncul adalah, keberhasilan klub Rasen Ballsport (RB) Leipzig promosi ke Budesliga 1 Jerman pada akhir musim 2015/2016. Keberhasilan Si Banteng Merah menembus level tertinggi di Liga Jerman tergolong mengejutkan, mengingat klub ini baru mulai berdiri pada tahun 2009, dan, pada tahun yang sama, mereka masih berkompetisi di Divisi Lima Liga Jerman. Meski sukses mencapai kasta tertinggi Liga Jerman, klub ini tidak lepas dari suara miring publik, yang muncul karena kuatnya dukungan finansial dari Perusahaan Minuman Berenergi Red Bull, selaku pemilik klub.

Sebagai tim promosi, RB Leipzig, yang didominasi pemain muda, diprediksi akan berkutat di papan tengah klasemen. Tetapi, seiring berjalannya kompetisi, RB Leipzig mampu membuat kejutan. Mereka sejauh ini bersaing di papan atas, menempel ketat Bayern Munich, di puncak klasemen Bundesliga. Hingga pekan ke 14, keduanya sama-sama mengantongi poin 33, dengan Bayern unggul selisih gol.

Capaian RB Leipzig ini mengingatkan kita pada kejutan Leicester City musim lalu. Jika melihat performa lesu Leicester City di Liga Inggris musim 2016/2017, maka apa yang dicapai RB  Leipzig sejauh ini seolah meneruskan tren kejutan yang dirintis Si Rubah musim lalu. Jika dalam buku sejarah kita mengenal buku Een Dustlers tot Licht   (Habis Gelap Terbitlah Terang) sebagai karya R. A. Kartini, maka dalam sepakbola kita melihat Habis Leicester Terbitlah Leipzig, sebagai karya Leicester City dan RB Leipzig, khususnya jika RB Leipzig mampu juara di akhir musim nanti, sekaligus mengulang capaian historis FC Kaiserlautern pada musim 1997/1998. Kala itu, Lautern yang dilatih Otto Rehhagel, dan diperkuat Michael Ballack, mampu menjuarai Bundesliga Jerman, dengan status sebagai tim promosi.

Akankah sejarah terulang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun