Jokowi dan Basuki TP telah memimpin Ibukota lebih dari satu tahun. Beberapa hasil jerih payah mereka telah dapat dilihat secara kasat mata dan dinikmati, walaupun masih ada kekurangan di sana-sini dan target tahunan yang tidak/belum tercapai. Salah satu target tersebut adalah penyerapan anggaran SKPD.
Dalam analisa saya, ketidak maksimalan penyerapan anggaran tersebut dikarenakan kreativitas jajaran SKPD kurang optimal ditambah dengan berkurangnya celah korupsi di dalam tubuh pemprov Jakarta.
Untuk menutup celah korupsi dan penanganannya, hal-hal tersebut telah memiliki badan tersendiri. Namun dalam mendongkrak kreativitas dan ide2 perbaikan Ibukota, hal itu bisa digalakkan dari tubuh pemprov Jakarta itu sendiri. Maka dari itu, saya memiliki ide:
1. Sayembara
Selenggarakan sayembara yang terbuka bagi seluruh jajaran PNS pemprov Jakarta, dari terendah hingga tertinggi. Isi dari sayembara itu adalah pembuatan karya tulis tentang ide perbaikan Jakarta dan apa yang akan mereka lakukan bila mereka memperoleh kesempatan memimpin proyek tersebut. Pemenang dari sayembara tersebut, selain memperoleh hadiah, juga akan diberi kekuasaan untuk menjalankan proyek tersebut dalam kurun waktu tertentu. Bila si pemenang menolak kekuasaan tersebut, minimal pemerintah telah mendapat masukkan berharga untuk dieksekusi oleh SKPD terkait.
2. Kreativitas dunia maya.
Di daratan Tiongkok zaman dulu kala, ada seorang pemimpin yang mengalami banyak kekalahan. Si pemimpin tersebut pada akhirnya merekrut seorang penasihat berbakat setelah melakukan 3x kunjungan dikarenakan pada kunjungan2 sebelumnya dirinya mengalami kegagalan. Bersama sang penasihat itu, dirinya membuat sejarah.
Relevansi dengan kreativitas dunia maya (dalam hal ini adalah kompasiana) adalah, peluang pemprov DKI untuk merekrut orang2 yang kapabel yang terlihat dari bobot tulisan2 yang dipublish. Sebab kritik yang baik adalah kritik yang disertai alternatif solusi. Walaupun usia saya masih sangat belia di forum ini, namun saya telah membaca beberapa artikel yang konstruktif dan inspiratif dan masih relevan sebab masih berada dalam yurisdiksi pemprov.
Saya sadar besar kemungkinan si penulis menolak keterikatan dengan pemprov DKI, sebab dalam mengurus Ibukota, pekerjaan tersebut tidak bisa dijadikan pekerjaan sampingan. Belum lagi dengan pola pikir "bila bisa 'dicuri' idenya, kenapa harus merekrut orangnya? Buang2 duit2 aja", dan/atau masih banyak lagi sanggahan2 yang akan berkembang. Namun tidak tertutup kemungkinan, si penulis diajak duduk bersama pemprov untuk menjalankan konsep tersebut, sebab akan lebih mudah untuk bekerja bersama rekan yang telah memiliki visi dan misi yang sama. Dan katakanlah bahwa tawaran pemprov untuk bekerja sama ditolak, kembali lagi, konsep2 perbaikan tersebut bisa diarahkan untuk dilaksanakan oleh SKPD terkait.
Bila pemprov menerapkan hal ini, maka pihak pemprov turut menggalakan peran serta masyarakat dunia maya dalam membangun DKI sebab pemprov mengadopsi ide2 tersebut dan tanpa sungkan2 mengakui sumber ide2 tersebut. Hal ini bisa meroketkan antusiasme para penulis untuk menulis demi pembangunan dan bukan sebaliknya, dan kiranya mampu menggugah para pemilik akun untuk menggunakan nama sesuai akta lahirnya.
3. Bila hal tersebut mampu diterapkan di dunia maya, tidak akan ada salahnya bila sayembara yang terbuka untuk publik di dunia nyata dilaksanakan.
4. Saya tidak tahu harus mengarahkan ide ini ke mana dan ke siapa, bagaimana pun juga, bapak Gubernur, Wagub dan jajarannya, seperinya tak ada salahnya untuk mencoba.
Terima kasih.,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H