Provinsi NTT memiliki 23 kabupaten/kota. Salah satu diantaranya yaitu Kabupaten Flores Timur yang berada di bagian Utara dari NTT. Kabupaten Flores Timur terdiri dari tiga pulau utama yaitu Pulau Adonara, Pulau Solor dan Pulau Flores bagian Timur yang terbagi menjadi 19 kecamatan, 229 desa dan 21 kelurahan. Sama halnya dengan Provinsi NTT, luas wilayah Kabupaten Flores Timur juga didominasi oleh wilayah laut dimana 69% wilayahnya merupakan laut yaitu 4.174,53 km2 dan 1.812,85 km2 merupakan wilayah darat. Berdasarkan pada batas administratif Kabupaten Flores Timur berada pada 04'-08040' LS dan 1220 38' -- 1230 57' BT. Kabupaten Flores Timur berbatasan dengan Laut Flores di sebelah Utara, Laut Sawu di sebelah Selatan, Kabupaten Sikka di sebelah Barat, dan Kabupaten Lembata di sebelah Timur. Dengan memiliki wilayah yang sebagian besarnya adalah wilayah laut, maka laut menjadi salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat Kabupaten Flores Timur, laut ini pun memiliki potensi yang luar biasa berupa sumber kekayaan alam dan selanjutnya digunakan sebagai salah satu modal untuk pembangunan daerah Kabupaten Flores Timur, sebagai contoh salah satunya adalah perikanan. Flores Timur terkenal dengan hasil ikan yang berkualitas dan hal ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat setempat tetapi sebagian besar 3 masyarakat di Provinsi NTT khususnya masyarakat di Pulau Timor (Kota Kupang dan sekitarnya) hal ini terbukti berdasarkan pada hasil laut Kabupaten Flores Timur termasuk dalam 8 besar kabupaten dengan hasil laut (perikanan) terbanyak pada posisi ketiga.
Nilai Rata -- Rata Hasil Laut 8 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Berdasarkan rata -- rata hasil laut selama 6 tahun terakhir dari tahun 2015 sampai tahun 2020, Kabupaten Flores Timur menempati urutan ke-3 sebesar 15.156 ton di bawah Kabupaten Alor sebesar 20.026,17 ton dengan selisih 4.87017 ton pada posisi pertama dan Kabupaten Sikka sebesar 17.186 ton dengan selisih 2.030 ton pada posisi kedua. Data produksi penangkapan ikan tahun 2020 bersumber dari Badan Pusat Statistika (BPS) NTT yaitu 13.951 ton (BPS NTT, 2022). Ikan yang dihasilkan oleh laut Flores Timur dapat menghidupi tidak hanya masyarakat Kabupaten Flores Timur namun sebagian besar masyarakat NTT, dimana hasilnya dapat menopang kehidupan Masyarakat maupun perekonomian Kabupaten Flores Timur.
Dampak hasil laut yang melimpah di Kabupaten. Flores Timur
Dampak positif melimpahnya hasil laut di Flores Timur meliputi:
1. Â Ekonomi Perikanan: Produksi ikan yang berlimpah dapat meningkatkan pendapatan nelayan lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Â Ketahanan Pangan: Ketersediaan sumber protein hewani yang melimpah dapat membantu mengurangi risiko kekurangan gizi di wilayah tersebut.
3. Â Potensi Pengembangan Industri: Melimpahnya hasil laut membuka peluang pengembangan industri pengolahan ikan seperti pembuatan ikan kering, pengalengan, atau industri perikanan skala menengah.
Namun, berlimpahnya hasil laut juga memiliki potensi dampak negatif yang perlu diperhatikan:
1. Â Risiko Overfishing: Eksploitasi berlebihan dapat merusak ekosistem laut dan menurunkan kualitas sumber daya perikanan dalam jangka panjang.
2. Â Kerentanan Lingkungan: Praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dapat merusak terumbu karang dan habitat laut.
3. Â Ketergantungan Ekonomi: Terlalu bergantung pada sektor perikanan dapat membuat daerah rentan terhadap fluktuasi hasil tangkapan.
Solusi Dalam Mengatasi Dampak Negatif
Untuk mengatasi dampak negatif melimpahnya hasil laut di Flores Timur, diperlukan pendekatan komprehensif yang memadukan kebijakan pengelolaan perikanan berkelanjutan, konservasi lingkungan, dan diversifikasi ekonomi. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan perlu mengimplementasikan regulasi ketat tentang penangkapan ikan, membatasi jumlah tangkapan melalui sistem kuota yang ketat dan memantau secara berkala aktivitas penangkapan ikan di wilayah tersebut. Strategi pengendalian overfishing dapat dilakukan dengan menerapkan zona larangan tangkap, menetapkan ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap, dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggar aturan perikanan.
Upaya konservasi lingkungan laut menjadi komponen kunci dalam menjaga keberlanjutan ekosistem perikanan. Hal ini dapat direalisasikan melalui rehabilitasi terumbu karang, pembentukan kawasan perlindungan laut, dan edukasi berkelanjutan kepada nelayan tentang praktik penangkapan ramah lingkungan. Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pelatihan teknologi penangkapan berkelanjutan dan pemberian alternatif mata pencaharian dapat membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya laut.
Untuk mengatasi ketergantungan ekonomi, pemda perlu mendorong diversifikasi ekonomi melalui pengembangan sektor pariwisata bahari, industri pengolahan hasil laut bernilai tambah tinggi, dan pengembangan komoditas pertanian/perkebunan alternatif. Implementasi strategi ini memerlukan kolaborasi lintas sektor, dukungan pendanaan, dan komitmen jangka panjang untuk menciptakan model pembangunan ekonomi berkelanjutan yang tidak semata-mata mengandalkan eksploitasi sumber daya laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H