Permainan catur itu mengasyikan. Bermain catur itu menguras pikiran. Bermain catur itu seni melompati papan catur berkotak hitam dan putih. Bermain catur itu adu strategi. Ketika ada orang  yang sedang bermain catur. Datang seorang penonton yang hobi menonton permainan catur antara pencatur-pencatur hebat di desa tersebut. Dalam kekalutan dan keseriusan permainan catur penonton tersebut melontarkan tanya. Politik sandiwara catur, seperti apa itu? Politik sandiwara catur itu mungkin seperti bidak catur ketika maju mundur lagi. Namun, kemudian tumbang juga.
Politik sandiwara catur itu amati saja permainan catur. Seni namun menguras otak. Lihat begitu pion digeser maju tanpa mengerti kalau sandiwara raja melindungi diri. Nah, itu lihat. Justru pion terus maju. Dan tidak bisa mundur lagi. Pion semata-mata hanya untuk melindungi sang raja.
Sang raja sangat mengerti aturan. Pion tidak bisa ditarik mundur. Pion itu pemberani. Pion itu bukan penakut. Pion itu rela h berkorban. Untuk itu pion biasanya  menjadi korban pertama. Pasti dan selalu pion dikorbankan. Kadang, kasihan juga dengan pion. Pion berkorban demi raja. Raja ingin menang. Demi kemenangan raja mereka dijadikan korban. Dan parahnya jika pion tidak menyadari hal itu.
Kadang sang raja berakting. Sebenarnya raja  tahu, segala apa yang dihadapi sang pion. Tetapi dia  berpura-pura tidak tahu. Pion menjerit kesakitan di setiap lorong sempit. Raja melihat dan mendengarkan rintihan pion.  Namun, seolah -- olah  ia tidak tahu. Bukankah di sini terlihat jelas bahwa sang raja sangat kejam?
Pion jika sudah maju selangkah tidak dapat mundur. Skakmat. Sang sutradara beralibi, pemain sebagai eksekutor pion yang berdewi fortuna boleh bertahan.  Jika tidak bertahan  "game over". Â
Coba perhatikan. Lihat apa yang terjadi. Pion dalam permainan catur bisa menjadi raja. Kok bisa? pion bisa jadi raja? Tentu sangat bisa pion menempati kursi yang ditinggalkan raja. Pion menjadi raja terjagntung bagaimana cara memainkannya. Ini yang namanya seni. Seni menempatkan bidak-bidak catur agar yang pion tidak terus menjadi penyerang , namun bisa menjadi raja. Tentu butuh permainan catur yang berkualitas.
Bermain catur itu adalah senih dalam mengatur strategi. Tidak terpaku pada kuda dengan alur membentuk huruf L (el). Â Bermain catur itu tidak terpaku bahwa raja tetap menjadi raja. Namun, tidak sedikit raja yang berakting mempertahankan kedudukannya sebagai raja. Makanya orang menyebutnya politik sandiwara catur. Semuanya diatur untuk mengoalkan sesuatu dengan memperalat orang lain.
Nah, sampai -- sampai dengan mengorbankan hal yang tidak seharusnya dikorbankan. Kalau sang raja bermental busuk, tentu yang tidak seharusnya dikorbankan juga akan turut serta menjadi korban. Sayangnya, banyak yang bermental busuk. Mereka hanya berani mengobralkan janji tanpa ada pembuktian. mereka lebih banyak mengeritik. Nilai tukar petani rendah. harga-harga dipasar tidak stabil. beras impor, gaji tukang parkir lebih besar daripada gaji dokter.
Orang butuh bukti bukan janji di saat ini. Lihat dan dengarkan ketika seorang caleg melakukan konsolidasi, belusukan. Apa yang dikatakan orang yang dikunjung. Omongan orang kadang membuat caleg telingah merah, muka merah menahan malu. Sebab orang-orang kampung akan mengatakan dari hatinya yang paling dalam.Â
Misalnya: "apa yang pernah bapak atau ibu lakukan untuk kami? Selama ini. Sehingga hari ini datang dan katakan dukung saya, saya mau jadi wakilmu untuk menyalurkan aspirasimu. Tahun-tahun kemarin bapak dan ibu di mana sehingga hari ini baru saja muncul dan langsung minta dukungan". Sang caleg tentu dengan alibih-alibihnya untuk memikat hati masyarakat. Namun, Â masyarakat sudah cerdas.
Melihat hal seperti ini sebagai orang muda, apa tidak ada gerakan untuk membongkar sistim ini?  Orang muda sebagai agen pembaharuan Mari saatnya orang muda membuktikan bahwa orang muda bisa. Saatnya orang muda berkarya. Soekarno presiden pertama Republik Indonesia  berkata berikan aku sepuluh pemuda aku akan menggojang dunia."