Namun, dalam sejarah perbedaan agama menjadi pemicu pertengakran atau perpecahan. Di sini, kita perlu membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kharisma. Pemimpin tidak hanya mampu beretorika melainkan diukur  melalui tindakakan dan hasil kerja.
Namun, menjadi menarik adalah para kandidat saling beradu visi dan misi, panasnya suhu politik pemilihan umum secara  serentak  di tahun 2019 in,  tidakterlepas dari Pilkada DKI tahun kemarin.Â
Di sini terlihat dengan jelas bahwa adanya kemerosotan demokrasi. Â Jika kemerosotan demokrasi ini terus berlanjut, Â maka akan timbul persoalan-persoalan yang kian kompleks dan bisa saja sulit terbendung.
Sesungguhnya para cendikiawan memiliki andil dalam proses dan perkembangan sistem demokrasi bangsa Indonesia, bukannya malah menjadi penghasut dalam kehidupan sosial masyatakat. Para cendikiawan dan elit politik sesungguhnya memberikan pemahaman yang benar tentang kelebihan visi dan misi dari kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Sehingga masyarakat dapat menentukan pilihan.Â
Pilihan yang lahir dari kehendak bebasa. Pilihan yang lahir dari hasil berpikir. Berpikir tentang apa tawaran. Tawaran  untuk menentukan pilihan. Pilihan kepada pasangan  calon 01 atau 02, pilih aku atau dia yang kamu suka.
Oleh: Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H