Mohon tunggu...
Yosh Widyawan
Yosh Widyawan Mohon Tunggu... Guru - 🇮🇩

☕ Sekedar penikmat rasa, kata dan makna📝

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investasi Memang Menggoda, Tetap Hati-hati Jangan Tertipu Investasi Bodong

17 Februari 2022   11:34 Diperbarui: 17 Februari 2022   20:00 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi investasi (FREEPIK/JCOMP)

Sudah pasti setiap orang senang mendapatkan uang. Uang membantu seseorang untuk mendapatkan keinginannya. 

"Tak ada duit, bisa menjerit", terutama saat ini berbagai kebutuhan hidup diperoleh harus dengan uang. Maka dengan aneka cara pula seseorang berusaha untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya uang.

Berbicara tentang investasi, kebetulan saya pernah punya beberapa pengalaman yang tidak mengenakkan. 

Dulu saat masih kuliah di daerah Kota Malang. Sekitar tahun 2006 begitu maraknya ada bisnis multilevel marketing (MLM), meskipun sebelumnya pernah ada. Diajak teman dari kampus lain untuk berbisnis dan kalangan mahasiswa memang berpotensi untuk diajak.

Waktu itu barang apapun bisa dimainkan dengan MLM, dari obat-obatan, pupuk dan obat untuk pertanian, kartu diskon pembelian, bahkan sampai beras. 

Lumayan banyak orang tertarik dengan MLM, yang tergabung dalam komunitas ada para upline hingga downline bertemu secara rutin membahas piramida bisnis dan sejenisnya itu. Terkadang satu orang bisa ikut beberapa jenis MLM, berbekal pengalaman "bermain".

Yang membuat ramai saat itu karena bisnis ini dikemas begitu menarik. Ada undangan kepada semua orang untuk datang mengikuti presentasi bisnis di sebuah hotel dengan gratis. Dihadirkan pembicara yang terbiasa menawarkan bisnis dan memberi motivasi.

Saling sharing pengalaman bagaimana menawarkan bisnis kepada orang lain. Terhadap orang-orang yang sudah "trauma" dengan MLM, ada tips-tips untuk menggunakan istilah lain. 

Ada arahan agar secepat-cepatnya mendaftar dan berinvestasi, karena kesempatan tidak datang dua kali, serta bermacam iming-iming lainnya.

Pernah, akhirnya jadi merasa bersalah ketika menawarkan bisnis kepada salah satu saudara dari seorang dosen. Sudah ikut mendaftar MLM dengan mengambil beberapa pilihan dengan nominal uang lumayan, beberapa waktu MLM itu sudah tidak berlanjut. Mau minta pertanggung jawaban kepada siapa, tidak bisa. Semua melalui perantara dan kejadian itu sudah menjadi risiko.

Tak sampai di situ, di awal berkeluarga dulu pun juga masih tergoda dengan investasi tawaran dari teman istri. Jenisnya passive trading yang dimainkan oleh seseorang, kita tinggal menanamkan modal. 

Di awal tidak ada perjanjian hitam di atas putih dan disampaikan ada risiko kerugian juga dibalik keuntungan besar yang ditawarkan. Hingga akhirnya disampaikan trading itu kolaps dan berakhir.

Masih untung dulu semua tabungan tidak diinvestasikan. Masih pula percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan. Yang sudah ya sudah, jadi pelajaran penting untuk ke depan. 

Pengalaman memang sungguh berharga, bisnis jangan sampai hanya berdasarkan rasa percaya. Perlu ada kejelasan dari awal dan melihat berbagai risiko kerugian, dari terkecil samapai terberat.

Investasi | Ilustrasi:www.pixabay.com
Investasi | Ilustrasi:www.pixabay.com

Dari beberapa pengalaman itu, mungkin kita bisa lebih berhati-hati dalam memilih investasi. Beberapa hal bisa kita pikirkan untuk berhati-hati.

Pertama, usahakan tidak semua tabungan digunakan untuk berinvestasi. Ada sebagian yang digunakan untuk berjaga-jaga atau lainnya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Sisakan untuk kebutuhan-kebutuhan vital untuk mengurangi risiko fatal.

Kedua, harus benar-benar kenali dan pahami tempat untuk berinvestasi. Dari legalitas perizinan, kantor resmi, kejelasanan pengurus dan bagian vital lain dalam bisnis. 

Karena sering kali terjadi, perijinan belum ada dengan alasan sedang proses merintis tapi prospek ke depan cerah. Kantor resmi belum ada karena sedang mengurus perijinan tempat, dll. 

Perlu pengecekan keabsahan di lembaga terkait, misalnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Intinya jika yang pokok saja belum jelas , sebaiknya dihindari.

Ketiga, terus menggunakan logika termasuk hitungan matematik. Jika sekiranya perputaran uang tidak logis, patut dihindari juga. Bisnis yang baik bukan sim salabim jadi, tapi ada mekanisme proses yang jelas.

Keempat, usahakan ada kesepakatan bisnis yang jelas, bila perlu ada saksi. Ada hitam di atas putih, sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Bekerja sama dalam bisnis seharusnya menguntungkan semua.

Investasi saat ini sudah berkembang dengan berbagai macam bentuk. Banyak yang terlihat begitu menarik dan menjanjikan keuntungan besar. Sikap waspada dan mau menahan diri terhadap godaan penting sekali untuk dilakukan.

Salam hangat.

YW, 17 Februari 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun