Di awal tidak ada perjanjian hitam di atas putih dan disampaikan ada risiko kerugian juga dibalik keuntungan besar yang ditawarkan. Hingga akhirnya disampaikan trading itu kolaps dan berakhir.
Masih untung dulu semua tabungan tidak diinvestasikan. Masih pula percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan. Yang sudah ya sudah, jadi pelajaran penting untuk ke depan.
Pengalaman memang sungguh berharga, bisnis jangan sampai hanya berdasarkan rasa percaya. Perlu ada kejelasan dari awal dan melihat berbagai risiko kerugian, dari terkecil samapai terberat.
Dari beberapa pengalaman itu, mungkin kita bisa lebih berhati-hati dalam memilih investasi. Beberapa hal bisa kita pikirkan untuk berhati-hati.
Pertama, usahakan tidak semua tabungan digunakan untuk berinvestasi. Ada sebagian yang digunakan untuk berjaga-jaga atau lainnya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Sisakan untuk kebutuhan-kebutuhan vital untuk mengurangi risiko fatal.
Kedua, harus benar-benar kenali dan pahami tempat untuk berinvestasi. Dari legalitas perizinan, kantor resmi, kejelasanan pengurus dan bagian vital lain dalam bisnis.
Karena sering kali terjadi, perijinan belum ada dengan alasan sedang proses merintis tapi prospek ke depan cerah. Kantor resmi belum ada karena sedang mengurus perijinan tempat, dll.
Perlu pengecekan keabsahan di lembaga terkait, misalnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Intinya jika yang pokok saja belum jelas , sebaiknya dihindari.
Ketiga, terus menggunakan logika termasuk hitungan matematik. Jika sekiranya perputaran uang tidak logis, patut dihindari juga. Bisnis yang baik bukan sim salabim jadi, tapi ada mekanisme proses yang jelas.
Keempat, usahakan ada kesepakatan bisnis yang jelas, bila perlu ada saksi. Ada hitam di atas putih, sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Bekerja sama dalam bisnis seharusnya menguntungkan semua.