Mohon tunggu...
Yosh Widyawan
Yosh Widyawan Mohon Tunggu... Guru - 🇮🇩

☕ Sekedar penikmat rasa, kata dan makna📝

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Berkumpul Mulai Dibatasi

17 Maret 2020   20:27 Diperbarui: 17 Maret 2020   20:48 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stikers Whatsapp - dokpri

"Wah, kota sepi. Ada 2 jalan utama yang tidak ketemu orang sama sekali", begitu bunyi status medsos seorang teman. Memang ada perbedaan mencolok di beberapa wilayah, suasana terlihat tidak seperti  hari-hari biasa. Yang sebelumnya terdapat hiruk-pikuk keramaian orang, kini nampak tidak terlalu ramai.

Sepertinya anjuran-anjuran dari yang berwenang terkait wabah Covid-19, diikuti oleh sebagian besar masyarakat. Yang terjelas adalah keputusan di beberapa daerah yang meminta anak-anak sekolah untuk belajar di rumah selama 14 hari. 

Dengan adanya anak-anak sekolah yang belajar di sekolah, orang tua menjadi terdorong untuk mendampingi anaknya di rumah. Terutama anak-anak yang mendapat tugas online terjadwal dari sekolah pada jam efektif. 

Hal ini terlihat dari laporan beberapa orang tua yang mendokumentasikan dan mengirim foto ke sekolah, yang menunjukkan anaknya mengerjakan tugas online di rumah.

Dari peristiwa ini menunjukkan bahwa sekolah memang mempunyai peran dalam pendidikan secara umum di masyarakat. Dalam hal ini sekolah juga terlibat dalam ajakan kepada masyarakat untuk mengurangi kegiatan berkumpul secara massal untuk beberapa waktu ke depan.

Sebagai makhluk sosial, hampir setiap orang mempunyai kecenderungan untuk berkumpul bersama dengan orang lain. Ketika kegiatan yang melibatkan orang banyak dibatasi, sepertinya ada rasa yang tak biasa dan membosankan. 

Apalagi jika berkumpul bersama itu menyangkut pendidikan bahkan terkait pekerjaan. Seperti contoh adanya pembatalan pelatihan-pelatihan, pembatalan rekreasi, pembatalan kegiatan outbound, dan banyak lagi lainnya.

Mungkin kita bisa kembali mengingat kalimat yang sering kita dengar, "Segala peristiwa pasti ada hikmahnya". Jika direnungkan sepertinya peristiwa ini peringataan bagi kita semua berefleksi. 

Lihat saja di kalender, saat ini bagi Umat Kristiani adalah masa-masa sebelum perayaan Hari Raya Paskah; Bagi Umat Hindu sebentar lagi akan merayakan Hari Raya Nyepi dan bagi Umat Islam juga akan memasuki Bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Dengan peristiwa yang kita hadapi bersama ini kita mendapat pelajaran hidup yaitu pengendalian diri.

Banyak sekali sebenarnya hikmah yang bisa ditemukan jika kita mau merenungkan lebih dalam lagi. Kita diajak untuk memperhatikan diri sendiri dengan menjaga kesehatan dan berhati-hati dalam keseharian. 

Diajak untuk belajar memahami bagaimana pencegahan dan penanggulangan wabah penyakit. Ajakan untuk memperhatikan lingkungan Agar bersih dan sehat sebenarnya juga mengajarkan kita untuk peduli terhadap orang lain.

Peristiwa virus Corona  yang memnggemparkan dunia ini, bahkan disebut beberapa orang seperti perang dunia melawan virus. Saat-saat seperti ini kita benar-benar diajarkan tentang arti kemanusiaan. Kemanusiaan sejati melampaui batas-batas manusia yang terkotak-kotakan, entah itu suku, ras, agama dan apapun latar belakang. Semoga dunia belajar dari peristiwa ini dan semoga semua berbahagia.

Salam Hangat Kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun