Sampai saat ini dunia masih dihebohkan dengan mewabahnya virus corona. Bahkan WHO menyatakan Virus Corona sebagai pandemi. Disebut pandemi diartikan penyebarannya sudah meluas di luar kendali dan persoalan serius internasional. Dari berbagai media menyampaikan luar biasanya dampak corona, hingga menimbulkan korban yang semakin bertambah.
Mewabahnya corona dibarengi kesimpangsiuran berita membuat banyak orang hanyut dalam situasi kepanikan. Dan menyebabkan muncul keributan publik dari mulai urusan masker jadi mahal, penimbunan masker, sampai terjadinya pembatalan-pembatalan beberapa event besar dan sebagainya.
Di wilayah-wilayah yang memang secara khusus terdampak virus corona, penulis pun tidak bisa membayangkan apalagi menggambarkan bagaimana situasi sebenarnya.
Pembahasan mengenai virus corona masih terus mengemuka. Para ahli sudah banyak yang memaparkan berbagai cara pencegahan hingga penanggulangannya.
Dan tak ketinggalan para Kompasianer ikut menyumbangkan tulisan-tulisannya. Yang pasti ada harapan bersama, agar kisah tentang corona yang sepertinya tak berujung ini segera berakhir.
Dari berbagai info tentang bagaimana pencegahan virus corona, selain berhati-hati pada faktor penyebaran virus, sepertinya mengerucut pada cara hidup bersih dan sehat.
Dalam sosialisasi seputar pencegahan virus corona, dianjurkan untuk membiasakan cuci tangan dengan air sabun di air yang mengalir terus, jika batuk sebaiknya menggunakan masker, jaga kondisi tubuh agar tetap bugar agar sistem kekebalan tubuh kuat, hindari pemakaian barang yang sering digunakan banyak orang secara bergantian hingga dianjurkan menggunakan cairan hand sanitizer.
Dunia pendidikan mungkin bisa lebih memanfaatkan moment ini sebaik-baiknya. Pemerintah memang telah lama mengupayakan sekolah-sekolah untuk membentuk karakter peserta didik peduli lingkungan serta kesehatan.
Ini terbukti dengan diadakannya lomba Sekolah Adiwiyata yang intinya sekolah menjadi tempat layak dan nyaman untuk belajar dilihat dari lingkungannya.
Juga adanya Lomba Sekolah Sehat yang dinilai berbagai sisi dari sarana prasarana hingga program sekolah yang semestinya dapat menunjang kesehatan seluruh warga sekolah. Intinya, di sekolah sebenarnya sudah ada pembiasaan hidup bersih dan sehat.
Sayangnya, di masyarakat masih ada ketidakpedulian terhadap lingkungan, yang tentu itu berdampak pada kesehatan. Satu contoh saja, terkait membuang sampah. Di sekolah sudah dibiasakan membuang sampah dengan memisahkan sampah organik dan non organik.
Bisa terjadi kemungkinan kebiasaan itu tidak terjadi ketika di rumah, karena kebiasaan masing-masing keluarga berbeda. Ada pula yang mempraktekkan pemilahan sampah di rumah, namun ketika diambil dan dikumpulkan ke tempat pembuangan akhir(TPA) sampah beda jenis itu kembali jadi satu.
Mengupayakan budaya bersih dan sehat memang tidak bisa dilakukan hanya satu atau beberapa pihak saja, tapi menyeluruh bersama-sama bergerak. Gerakan hidup bersih dan sehat memang harus terus menerus diperjuangkan.
Sekarang sedang ada momentum wabah corona dan saat yang sepertinya tepat untuk lebih serius lagi membangunkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat. Padahal wabah yang membahayakan nyawa bukan hanya corona, saat ini juga banyak yang terkena demam berdarah dengue (DBD).
Semua tidak bisa lepas dari bersih dan sehat tidaknya lingkungan. Memang benar ada pesan baik, "semuanya harus dimulai dari diri sendiri". Tetapi alangkah mantapnya jika itu semua bisa dimulai bersama-sama dan selanjutnya menjadi budaya hidup bersih dan sehat. Jadi, dari kejadian wabah corona ini perlu keterlibatan semua pihak untuk berhati-hati dan peduli.
Semoga wabah corona segera berakhir dan semuanya sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H