Mohon tunggu...
Yoseph Seda
Yoseph Seda Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Ojol di Tengah Pandemi Corona

23 April 2020   04:47 Diperbarui: 23 April 2020   04:40 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Pengemudi Grab di Yogyakarta (Nanda Octavianto,29 tahun). Sumber | Yoseph Seda

Transportasi berbasis daring atau online di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Ojek online merupakan salah satu aplikasi berbasis teknologi yang memudahkan individu melakukan mobilisasi.

Tidak jarang keberadaan pasukan hijau atau ojol ini bisa ditemui berlalu lalang di jalan raya sampai menembus lorong lorong dikeramaian kota. Di Indonesia sendiri ada berbagai macam jenis ojek online, tapi yang familiar atau sering digunakan ada dua perusahan startup besar yakni Gojek dan Grab.

Pertama adalah Gojek, startup ini didirikan oleh putra bangsa Indonesia namanya Nadiem Makarim yang sekarang menjadi Menteri Pendidikan Indonesia. Ketika Nadiem Makarim terpilih jadi menteri pendidikan oleh Presiden Joko Widodo, perusahan ini bukan lagi dikomandoi oleh beliau. 

Perusahan ini memiliki status sebagai startup Decacorn pertama di Indonesia dimana diberikan kepada startup dengan valuasi lebih dari 10 miliar dolar. Gojek telah melebarkan sayap pasarnya ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Perusahan ojol kedua adalah Grab. Grab merupakan startup yang berasal dari negeri jiran Malaysia. Startup ini juga sama seperi gojek yang mengekspansi negara-negara Asia Tenggara. Grab juga menjadi perusahan startup Decacorn pertama di Asia Tenggara.

Ojek online atau ojol banyak melakukan inovasi dalam hal menyediakan berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia contohnya seperti jasa transportasi, jasa pengatar makanan dan minuman, jasa pengiriman paket maupun jasa lainnya. 

Fenomena keberadaan ojol ini menyebabkan berbagai perubahan sosial di masyarakat Indonesa. Dulu ojek online hanya sekedar difungsikan sebagai jasa dalam hal memenuhi kebutuhan mobilitas individu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain tetapi saat ini berubah menjadi jasa dalam hal memenuhi kebutuhan lainnya seperti jasa pesan antar makanan, dll.

Layanan ojek online yang memudahkan masyarakat saat ini menyebabkan sebagian besar masyarakat indonesia mengalami ketergantungan dalam aspek sosial dan ekonomi. 

Dalam perspektif sosiologi ketergantungan akan ojol merupakan hal yang normal karena dinilai bahwa individu sebagai makluk sosial saling membutuhkan dan saling bergantung dengan individu lainnya. Sehingga hal ini membuat individu saling bersosialisasi dengan individu yang lain untuk mencapai tujuan dan menjaga keutuhan masyarakat.

Ketergantungan individu atau kelompok masyarakat indonesia akan ojek online mengalami tantangan ketika pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan Social Distancing dan Physical Distancing dalam menangani pandemi virus corona (covid-19).

Kebijakan ini membuat beberapa lembaga pemerintah maupun swasta meniadakan aktifitas di kantor dan memberlakukan work from home atau bekerja dari rumah. Hal ini mengakibatkan jasa layanan antar penumpang ojek online mulai sepi dari pelanggan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun