Begah menahan marahÂ
Lelah menahan gerah
Tapi apakah makna diriku ?
Kalau ada juara lomba permainan kata, maka sudah bisa ditetapkan juaranya.
Kehabisan kata, hanya segunung pertanyaan di kepala
Mengapa? kenapa?bagaimana bisa?
Potongan kalimat yang tak henti menyebut keagunganMU
Cerita kepatuhannya akan diriMU yang tak henti berlaku
Siluet hormatnya padaMU dalam setiap sikap doa dimanapun berlaku
Bagaimana bisa ia menjadi pelaku?
Begitu mahalkah harkat diri untuk mengakui
Begitu tinggi kah kebenaran yang "dianggap" ada atau "dibenarkan" untuk ada menjadi nyata
Sampai lupa bagaimanakah seharusnya.
Apakah menjadi salah itu sebuah kemaluan yang besar?
Lalu dimana refleksi keindahan itu??
TIDAK ADA,
Yang ada hanyalah sombong yang sangat memuakkan.
Masih heran, bagaimana ada dan terjadiÂ
Tapi itulah kehidupan, kamuflase bahkan oleh orang yang sepertinya berjalan dengan benar.
Dan itu justru menyakitkan.
Menyakirkan mata ini melihat, menyesakkan hati ini merasai.
Ah Tuhan, singkirkan saja baper ini, dan biarlah kita mulai hari dari pagi sampai malam dalam kewajiban terbaik yang semestinya.
"Maaf, saya salah" seperti kalimat keramat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H